Udah lama banget ga ngeblog. lama juga ga nengok diary online terselubung gue ini hehe sekarang gue mau cerita soal dunia perkuliahan gue yang jadwalnya udah bikin kepala gue mau muntah. iya bener, kepala gue yang muntah bukannya mulut. sekarang gue udah semester 2 yang mana gue udah meninggalkan masa-masa semester 1 gue dengan IP yang bikin gue lumayan nyengir untuk pertama kali liat. yah lumayan lag 2.95, walau ganyampe 3 seenggaknya dengan bekal IP segitu gue masih bisa borong 21 SKS hehe semester pertama adalah semester yang sangat sepi dari tugas. dimana gue bisa santai-santai tanpa mikirn harus buru-buru buka netbook terus berkutan berjam-jam di depan microsoft word :p tapi........ya itu kan semester 1. beda cerotalah sama semester 2. di semester 2 tugas gue numpuk! hampir semua mata kuliah ada tugas, padahal itu masih itungan minggu pertama alias minggu perkenalan. huftttt gakebayang deh gimana bakal ribetnya semester ini. tapi gue yakin bakalan menyenangkan karena ada dia.....
dia? iya dia. pacar gue. bernama lengkap Wiharto, tapi biasanya dipanggil Witt. dia yang biasa nemenin gue sehari-hari dari melek mata sampe tidur lagi. sekelas? wess tebakan anda salah, gue sama dia beda kampus, dia sih kuliah di kampus sebelah IISIP hehe hubungan sama gue udah berjalan dari 14 Januari 2012 yang berarti sekarang udah berumur 2 bulan 1 hari. gue menyayangi dia dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. kalo yang sebelumnya gue gak bisa lepas kontak, sekarang nggak. walaupun dia menemani keseharian gue, tapi nggak setiap detik kami melakukan komunikasi. dikarenakan jadwal kuliah gue yang padetnya bukan main ditambah banyaknya tugas juga yang lagi dia kerjain, yah maklum kali ya mahasiswa semester 6 hehe. anyway! gue cuma bisa nulis segini dulu, mungkin gue akan sering nge-blog besok2 hehe seeyou!
Now, you're in my teritorial. So, Enjoy my rules!
Kamis, 15 Maret 2012
Senin, 31 Januari 2011
My Love is Adventure
“Kenalkan, namaku Nani. “
“Bukan, kau Naomi!” ujar seseorang dikepalaku.
Oh iya, aku Naomi, maaf akhir-akhir ini fikiranku agak kacau, hingga terkadang aku pun melupakan namaku. Bisa kau bayangkan bagaimana kacaunya aku? Atau mungkin pernah merasakan yang seperti aku? Oh, aku harap tidak. Karena pastinya sangat menyakitkan. Jika kamu merasa seperti aku, maka secepatnya kau harus pergi ke psikolog terdekat, dan jangan sampai kamu meminum racun tikus yang ada dipojokan itu.
Aku akan bercerita. Mungkin hal yang tidak penting bagi kalian. Jika kalian merasa ini tidak penting, kalian bisa segera menutup buku ini dan bersenang-senang dengan apa yang kalian lakukan tadi sebelum menemukan tulisanku ini. Mungkin sekedar memberi tahu, aku akan bercerita tentang kisah cintaku yang mungkin agak berbeda. Dan mungkin akan aku mulai dari masa laluku. Dan berlanjut saat aku bertemu seorang malaikat yang membaca takdirku. Tentang kisah 2 orang muda-mudi yang saling mencintai namun berbeda Tuhan. Hm, terlalu biasa ya? Mungkin sedikit tambahan, kami menjalani hubungan jarak jauh. Masih biasa ya? Hm, selama 1 tahun 15 hari. Agak tergugah untuk terus membaca bukan? Dan aku mencintainya, tanpa syarat. Dan sialnya! Aku pernah berfikir untuk pindah keagamanya. Yah walaupun itu hanya sekedar khayalan tanpa ada hasrat untuk melakukan itu. Bisa kau bayangkan bagaimana berdosanya aku? Haha kau takkan pernah membayangkan hal itu terjadi dalam hidupmu bukan? Dan aku akan selalu berdoa, agar tidak akan pernah. Oke bagaimana kalau kita mulai saja? Aku kira aku sudah terlalu banyak bicara di sesi ini.
Kamu ingat Friendster? Haha iya pasti yang sekarang kalian fikirkan adalah “sarang alay” namun disitulah saat aku bertemu pujaan hatiku 2 tahun lalu. Kami tak lama berkomunikasi lewat media itu, karena tidak efektif. Akhirnya ia pun menanyakan nomer handphoneku ke teman akrabku di sebuah forum chatting. Laki-laki itu bernama Edward. Seorang Katholik. Dan aku seorang Muslim. Setelah dia menanyakan nomerku, kami pun asik ber-sms ria. Namun hanya sekedar teman, karena saat itu aku masih punya seorang pacar. Namun ini agak aneh, aku justru lebih sering berhubungan dengan Edward dibanding pacarku itu. Mungkin karena Edward lebih perhatian, dan pacarku pun berada dalam kondisi ‘selingkuh dengan mantannya’ hh bisa kau bayangkan itu? Karena aku tahu bahwa aku di-duakan, aku pun memutuskan hubungan dengan pacarku. Dan memutuskan untuk lebih mengakrabkan diri dengan Edward. Ya Edward membuatku sangat nyaman. Walaupun aku tahu dia berada di Jogjakarta. Dan kau tahu? Aku sama sekali tak perduli sejauh apapun dia. Karena yang aku tahu, aku mulai mencintainya.
Seminggu sudah kami asik ber-sms ria, dan dia menawarkanku untuk menjadi pacar bohongannya. Aku mengerti, mungkin tidak mudah baginya untuk menjalin hubungan yang serius denganku karena jarak yang terlampau jauh diantara kami. Aku pun menyetujuinya. 1 bulan aku menjadi pacar bohongannya. 1 bulan itu pula aku tahu bagaimana kejelekannya, dan kau tahu ternyata banyak sekali sifat dia yang tidak aku sukai? Dan tahukah kamu bodohnya aku adalah semakin dia menunjukan sifatnya aku semakin mencintainya! *poor me* haha bodoh bukan? Dia adalah seseorang yang Over Protective, temperamental, moody, mau menang sendiri, membenci ayahnya sendiri, tidak suka dikekang, dan masih banyak lagi. Aku pun yakin kalian pasti tidak akan percaya bahwa aku bisa tahan menjalani hubungan selama 1 tahun 15 hari bersamanya. Namun ingat, ini adalah kisah nyata bagiku. Okay, kembali ke topic awal. Saat aku pertama menjadi pacar bohongannya, aku merasa seolah seluruh dunia perduli padaku, dan semuanya serba sempurna. Dia yang baik dan penyayang, perhatian, dan benar-benar mencintaiku sebagaimananya aku. Dan itu yang aku butuhkan. dan sebulan setelahnya tepatnya tanggal 3 oktober jam 21.51 dan tepatnya saat aku ingin menonton sebuah film di sebuah mall dibilangan senayan, dia menyatakan bahwa ingin menjadikanku seseorang yang berarti baginya. Tanpa banyak fikir pun aku menyetujuinya. Karena aku pun sangat menyayanginya, and did you know
“love is when you love someone else more than you do to your self”
Satu bulanku tidak berjalan baik, dan tidak juga berjalan buruk. Ya setiap hari kami selalu bertengkar hanya karena hal sepele. Dan aku dibuat terkaget-kaget oleh pengakuannya yang dia menyatakan bahwa dia mempunyai penyakit jantung yang sudah lumayan parah. Kau tahu bagaimana mirisnya hatiku saat aku tahu bahwa orang yang aku sayangi mempunyai penyakin seperti itu? Pedih. Sampailah kepada hari ulang tahunnya tanggal 24 november 2008. Ya saat itu aku berusaha membuatnya tersenyum dan tidak membuat dia kesal dengan kecerobohan-kecerobohanku yang sering kali membuat dia marah. Dan aku berhasiiil *yipppiie…* hari itu aku telah sukses membuat dia bahagia. Beberapa hari kemudian, adalah hari ulang tahunku. Ya 29 november 2008. Aku fikir hari itu akan menjadi hari yang paling bahagia dan berkesan. Namun ternyata tidak. Edward emosi, dia pun memutuskan hubungan kami. Aku kira ini hanya akal-akalannya saja. Namun ternyata tidak. Ini sungguhan, dan hubungan kami sungguh berakhir. 2 minggu aku putus darinya, itu membuatku tersiksa hingga pernah mencoba bunuh diri. Menangis tiap malam, tidak nafsu makan, tidak pernah tersenyum, tidak pernah riang, selalu saja murung. Aku berfikir “mengapa saat aku menemukan seseorang yang benar-benar aku cintai, Tuhan malah membuatnya menjauh dariku?” tak adil bukan?
Selama 2 minggu itu aku terus-terusan mengirimi dia sms dan mengajak dia untuk kembali. Namun dia selalu menolak dan menolak. Bahkan aku sampai mengemis hanya untuk meminta dia kembali, namun dia tak pernah berkata “iya”. Hingga suatu malam dia mengirimiku sms :
“Omi, aku masih sayang kamu. Aku nyesel sama apa yang udah aku lakuin ke kamu. Aku mau kita kayak dulu, becanda-becanda, ketawa bareng2. Aku kangen kamu. Maafin aku”
Aku pun membaca pesan itu, dan dengan seketika air mataku pun menetes. Tanpa fikir panjang lagi aku pun menerima dia dan merajut semuanya dari awal. Entah mengapa aku masih mengingat semuanya. Padahal kejadian itu telah lama kulewati. Mungkin karena terlalu menyakitkan, dan akhirnya akupun mengingatnya tanpa sadar.
Setelah kembali padanya, dia semakin over protective. Dia selalu memakiku saat aku melakukan kesalahan, mengancam akan memutuskan hubungan kami setiap aku pulang telat, dia sempat ingin membunuhku saat dia tahu bahwa aku mempunya sahabat baik bernama Adit, dia sempat memakiku dengan kata-kata kasar dan meyebutku sebagai perempuan murahan. Aku hanya bisa terdiam, menangis, dan mematung membaca sms itu. Aku selalu tidak kuat membalas smsnya. Aku hanya bisa diam. Karena aku tahu, saat aku membalas sms itu, dia akan tambah marah dan tambah memakiku. Aku selalu diam, diam, dan diam. Mungkin dia selalu khawatir, dan akhirnya menelfonku dan meminta maaf. Aku pun selalu memaafkannya. Kamu tahu? Itu berlangsung selama satu tahun. Aku akui, dia memang penyayang. Dia berbeda dari tipe laki-laki manapun yang pernah aku temui.
Selama aku menjalani hubungan bersamanya, aku mempunya satu teman baik. Aku biasa memanggilnya Tottem. Dia baik. Sangat baik, atau bahkan kelewat baik. Dia selalu ada saat aku mebutuhkan seseorang untuk menguatkanku. Dia juga seorang Katholik, laki-laki berambut keriting, dan kurus cungkring. Laki-laki yang menjadi sobatku. Dia seperti kakaku. Mungkin karena dari dulu aku selalu mendambakan sosok seorang kakak, sehingga aku menjadi ketergantungan padanya. Aku mengenalnya jauh sebelum aku mengenal Edward, tanpa mengetahi bahwa mereka pernah bersekolah di SMP yang sama. Walaupun berbeda angkatan karena Tottem berada 1 tahun diatasku.
Mengenalnya membuatku nyaman hingga aku bisa saja tanpa sadar menceritakan semuanya. Entah itu masalahku atau hanya cerita-cerita ringan belaka. Namun seberapa ringan obrolan kami itu, aku merasa bisa tertawa renyah didekatnya.
Satu tahun sudah aku bersama Edward, dengan suka duka yang telah aku miliki, hingga sekarang aku berniat memberikannya sebuah kado. Aku Ingat, sebuah Rosario hitam pekat dengan patung kecil Yesus Kristus yang menjadi bandulnya. Cantik. Itu kesan pertamaku saat aku melihat Rosario itu dikabin sebuah toko. Tanpa memilih-milih lagi aku pun membelinya. Dan ternyata pilihanku itu yang terbaik hehe. Setelah membeli Rosario itu aku membeli kertas daur ulang dan kotak kado. Aku sama sekali tak memikirkan berapa uang yang aku keluarkan untuk membeli semua kado dan pernak-perniknya hingga aku dimarahi oleh orang tuaku karena terlalu boros. Namun aku tak pernah menghiraukannya. Begitu seriusnya aku membuat kado Anniversary itu hingga aku tak memperdulikan orang-orang disekitarku yang merasa bahwa aku berubah, bahwa aku jadi menelantarkan mereka, bahwa aku jadi lebih mementingkan laki-laki yang selalu menyakitiku dan membuatku menangis dibandingakn dengan mereka yang selalu membuatku tersenyum.
Aku pun mengirimkan kadoku via Tiki, dan beberapa hari kemudian Edward menyampaikan rasa terimakasihnya padaku yang telah bercapai ria membuat dan membelikan Rosario kepadanya. Aku hanya tersenyum senang karena dia menyukai kado yang kubuat. Sebuah Rosario dan sebuah Scrapbook bergambarkan tokoh komik Miiko yang aku gambar.
Namun 10 hari kemudian sifatnya berubah drastis. Dia menjadi jarang megirimiku sms, menanyakan kabar, dan mengatakan dia sayang aku. Dia menjadi dingin. Dan tanpa perasaan. Aku hanya diam, diam keluhan sampai akhirnya semua memuncak 5 hari kemudian. Aku tak tahan lagi, aku menangis dan aku mengiriminya sms untuk memperjelas status hubungan kami. Dan dia mengejutkanku dengan sms:
“Nao, maafin aku. Aku emang lagi deket sama adik kelasku. Dia baik. Dia mirip kamu, dari sikap, sampe manjanya juga mirip kamu. Dia sms aku seminggu yang lalu, dan aku ngerasa kamu ada dideket aku saat aku smsan sama dia. Aku ngerasa dia itu kamu. Maaf. Aku sayang dia. Aku sayang dia kayak aku sayang sama kamu. Tapi aku janji gaakan jadian sama dia karena aku gamau pacaran dulu. Maafin aku”
Membaca sms itu hatiku hancur. Aku tak tahu harus bagaimana saat hatinya telah berpindah kepada perempuan lain. Dan bodohnya aku semakin mencintainya. Aku semakin sadar, bahwa aku sangat menyayanginya.
“Love isn’t ‘bout how to make him/her to be yours, but makes your mate being happy”
2 minggu sudah setelah ia memutuskan hubungan kami untuk kesekian kalinya. Dan dua minggu itu juga aku selalu mengemis kepadanya agar dia kembali. Namun aku mendapat kabar bahwa ia telah bersatu dengan perempuan jalang itu! Perempuan yang merebutnya dariku! Aku pun mengiriminya sms
“aku fikir kamu bisa megang kata2mu untuk gajadian sama perempuan itu. Aku kira kamu masih bisa setia sama aku terus kita bisa balik kayak dulu lagi. Ternyata aku salah. Makasih buat semuanya”
Sending and……sent!
Handphoneku pun bergetar tanda sms masuk. Ternyata dari Edward.
“kamu fikir kamu siapa? Kamu fikir kamu bisa bahagiain aku? Kamu fikir kamu bisa ada saat aku butuh kamu? Kamu tuh jauh! Kamu tuh gaberguna buat aku. Kamu bisa apasih??? Cuma bisa tlpn sama sms doang kan?”
Ya Tuhan, hatiku yang sudah hancur berkeping-keping seperti berubah menjadi debu. Lebih hancur. Aku hanya bisa menangis.
Berbulan-bulan sudah aku terpuruk dan tak memperdulikan kehidupan sekitarku. Yang aku lakukan hanya mendapat prestasi dan menghibur diri dengan membuat keonaran disekolah. Aku merasa senang saat orang yang kubenci mendapat kesulitan, bahkan terpuruk. Aku menjadi orang yang sombong dan selalu mendongak tinggi saat orang-orang tua itu menasehatiku. Aku pun tak lagi memikirkan kehidupan cintaku. Aku merasa laki-laki itu hanya untuk mainanku, dan terbukti dengan aku mendekti beberapa laki-laki dan meninggalkannya saat mereka telah menyatakan bahwa mereka menyukaiku. Jahat ya? Memang. Jahat sekali. Namun setelah apa yang aku alami, apa masih bisa aku dianggap jahat? Aku melakukan itu hanya untuk menghiburku dan mencari pengganti Edward.
Sebenarnya beberapa sata setelah aku putus dengan Edward aku sedikit dekat dengan sahabatku yang bernama Tottem. Dia yang menghiburku setiap harinya, membuatku tertawa walaupun itu hanya kedok untuk menutupi luka besar yang masih menganga. Hubungan kami yang sudah dekat terasa semakin dekat. Setiap kali chatting dengannya aku merasakan ada api kecil, ada sesuatu yang masih menahanku sebelum aku benar2 terjatuh. Mungkin aku tak begitu merasakannya, namun itu lebihbdekat dr urat nadiku, meski tenaga itu kecil, dan terkadang aku tak bisa merasakannya.
Hubunganku dengan Tottem semakin merenggang karena dia harus mengerjakan UAN beberapa bulan lagi. Dan itu membuatku kehilangan waktu untuk berkomunikasi dengannya. Dan pastinya membuatku kembali kesepian, ya api kecil dan tenaga itu benar-benar hilang. Sekian lama Tottem pergi membuatku lebih menggalaui kehidupan suramku. Aku benar-benar kembali rapuh dan tak bisa mencari pengganti Edward sampai.........
7 Juni 2010
FGD di suatu SMA swasta di Jakarta membuatku berkenalan dengan banyak teman-teman baru. Termasuk Gerard. Dan di seorang Katholik (lagi). Jujur saja aku tak begitu memperhatikannya saat diskusi karena aku mencoba focus mengikuti topic pembicaraan (maklum saja aku datang terlambat karena aku harus bersekolah) namun tak tahu mengapa dia bisa merequest facebookku dan akhirnya kami berkenalan. Awalnya aku biasa saja, menanggapinya dengan santai. Namun ada sedikit perasaan aneh yang merasukiku saat setiap pagi dia mengirimkanku sms, memperhatikan setiap langkah kecilku dan memberiku tepukan kecil.
Hubungan kami sepertinya mulai dekat saat iya mulai membalas smsku dengan panggilan aku-kamu dan sayang. Dan kalian tahu? Dia membuatku tersenyum dan tertawa setiap harinya lewat lawakan-lawakannya yang aneh ahaha dan aku sangat menikmatinya. Sangat nyaman.
18 Juni 2010
Argh sialnya dia laki-laki pertama yang melihatku susah makan dan harus dipaksa oleh teman-temanku. Memang keadaannya aku sedang sakit dan harus kekantor TI dibilangan senayan, dan pulangnya kami pun mampir ke Blok S. Disitulah pertempuran terjadi, saat aku merasakan perutku mual, dan teman-temanku menyuruhku makan. Haha lucu rasanya mengingat semua itu. Aku bagaikan anak kecil yang dikejar orang tuanya hanya untuk menyuapinya makan.
Sepulangnya dari Blok S kami sempat bercerita sedikit tentang kehidupan kami di metromini. Dan aku mulai memahami dia. Dan aku fikir dia adalah anak yang unik. Aku pun lebih menyukainya.
19 Juni 2010
Mungkin spesifiknya jam 14.00 saat film 101 Dalmatians ditayangkan di salah satu stasiun TV, ceritanya yang Instant dan unik membuatku menceritakan alur cerita tersebut kepadanya. Dan setengah jam berikutnya kami pun sepakat menyatakan bahwa kami sejalan. Dengan semua perbedaan yang kami miliki.
Semuanya berjalan indah pada bulan pertama, aku merasa bahagia layaknya pasangan baru lainnya. Aku merasakan bagaimana kesempurnaan dia yang merangkulku. Tentang keberadaan dia yang hadir saat aku terjatuh. Saat uluran tangan dia menggapai tanganku disaat aku terpuruk didalam kesakit hatianku. Aku bahagia, aku selalu tersenyum saat mengingat dia dan membaca namanya.
Namun tahukah kamu semuanya telah berubah? Dia menjadi jarang mengirimi aku sms dan menanyakan kabar semenjak masuk sekolah. Beberapa hari yang lalu dia baru memberi tahuku bahwa ia sibuk LDKS dan mengurusi MOS. Dan aku dapat memakluminya. setelah MOS dan LDKSnya selesai, dia memang kembali seperti dulu, namun ada yang aneh. Dia tidak perhatian, dia hanya sering mengsmsku saja. Saat kami pergi bersamapun dia tak lagi mencium keningku sata kami ingin berpisah, saat kami jalan bersama pun dia tak lagi menggenggam tanganku seperti dulu. Hh aku sedih.
Indah memang..
Namun hanya sementara
Mungkin ia telah bosan
Mungkin juga lelah
Aku hanya bisa diam
Menangis dalam keheningan
Aku hanya bisa diam
Membisu dalam kata
Aku tak berani bersua
Ataupun menorah dalam tulisan
Bimbang
Ya.. aku mencintainya
Sangat.
Namun mungkin dia tak merasa
Tak perduli
Atau mungkin tak mengerti
Dia berubah
Dari sikap dan tingkah lakunya
Tak pernah berkata “aku sayang kamu”
Dan tak pernah mencium keningku lagi
Aku tak mengharapkan lebih
Namun dia yang kemarin adalah dia yang meluluhkan hatiku
Aku ingin dia yang dulu
Dia yang tertawa renyah saat bersamaku
Dia yang menggenggam erat tanganku
Dia yang mencium keningku
Dan berkata “aku sayang kamu”
Dan entah kenapa aku menjadi pribadi yang pencemburu akhir-akhir ini. Cemburu saat melihat tweet dan wall Facebooknya dari perempuan lain. Ya tepat seperti dugaanku. Beberapa hari setelah hari raya idul fitri aku lupa tanggal spesifiknya karena aku memang sebenarnya memang berniat untuk melupakan apa yang sebenarnya telah terjadi.
KFC Cikini
“hei, aku boleh ganti status FB ku jadi single gak?”
Tak mengerti mengapa namun hal itu dapat membuatku meneteskan air mata dengan sekejap. Seperti yang aku katakan di part sebelumnya. Aku mencintai Gerard. Sebagai orang yang mengulurkan tangannya untukku, membuatku tersenyum saat semua yang terburuk menimpaku secara bertubi-tubi.
Taman Menteng
Ditemani Phalen dan Kevin sepertinya tidak begitu membantu. Hanya kesendirian dan kesepian. Bahkan gelap. Mungkin aku haris menganalogikannya dengan sesuatu. Mungkin saat kau mempunya sesuatu yang berharga yah sesuatu yang berharga bagi dirimu, bisa itu emas, berlian, perak, atau bahkan boneka kesayanganmu diambil oleh seseorang lalu ada seseorang yang ,memberikanmu sesuatu yang lebih berharga dari apa yang telah kau miliki sebelumnya apakah dengan rela kau akan melepaskannya begitu saja, padahal kau telah menangis, marah, bahkan mengamuk untuk mendapatkan penggantinya? Aku rasa takkan semudah itu.
2 bulan kemudian
Gerard kembali dengan segala penolakan yang kuberikan yang telah aku lakukan. Namun pada suatu saat aku mencapai titik dimana aku menyadari bahwa aku mencintainya. Lebih dewasa dari apa yang aku lakukan terhadap Edward. Aku ingin mengerti dia, usianya memang hanya terpaut 1 bulan lebih tua daripadaku, namun dia membuatku harus terus menerus bersabar menerima sikapnya. Dia seorang yang egois, dia selalu menginginkanku mengikuti jalan hidupnya. Aku sedih, aku tak sanggup mengikuti jalannya. Aku mempunyai jalur kehidupanku sendiri yang harus aku jalani. Mungkin ia tidak mengerti bahwa aku mencintainya, bahkan terlalu mencintainya dengan segala kekurangan yang ia miliki. Akhirnya kami pun bersatu kembali dengan keadaan dia yang juga telah memiliki kekasih.
Awalnya aku sama sekali tak mengetahui bahwa ia telah memiliki kekasih, aku menerimanya karena aku berfikir dia telah berubah menjadi Gerardku yang dulu, akhirnya aku mengetahui semuanya, namun aku tak mengerti mengapa, aku masih terus saja mencintainya, terlepas dari segala kebohongan yang telah ia lakukan kepadaku.
Hubungan kami hanya berjalan satu minggu, ia kembali menjadi seperti Gerard yang cuek dan acuh dan aku memutuskan untuk mundur dan dengan mudah ia menyetujui keputusanku itu. Ya benar sja beberapa minggu setelah itu aku mengetahui dia telah menjalin hubungan dengan perempuan lain. Aku hanya bisa tersenyum, mencoba melupakan rasa cintaku dan berusaha membuangnya jauh dari palung hatiku.
Akhir Desember 2010
Gerard kembali mengusik kehidupanku. Ia datang dengan sejuta kata maaf dan beribu emoticon sedih, aku luluh entah mengapa semudah itu. Aku seperti penyihir. Aku tak bisa membohongi diriku, aku mencintainya. Lebih dari apapun. Namun, lagi-lagi hubungan kami tak lebih dari 1 minggu. Dia kembali seperti dahulu, cuek. Dan aku pun kembali memutuskan untuk mundur dari kehidupannya (lagi). Aku pernah berkata padanya, aku benci saat dia meninggalkanku, mungkin hal itu benar, aku membenci itu hingga aku membenci Gerard.
Senin, 24 January 2011
Saat itu aku baru saja selesai mandi pagi, aku melihat LED blackberryku menyala. Aku segera meraih hapeku. Aku fikir itu ojek langgananku namun ternyata bukan. Ada BBM pagi itu, namun bukan BM namun sapaan selamat pagi dan pemberian semangat untuk Try Outku dari Gerard. Aku tak mengerti mengapa, tapi ada rasa benci disana. Saat aku tahu bahwa dia berani menghubungiku setelah dia membuatku terjatuh berkali-kali. Aku benci saat masa kegamanganku telah berakhir namun dia kembali datang dengan tiba-tiba. Namun tak bisa aku pungkiri, aku masih mencintainya, walau tak sebesar cintaku padanya dulu.
Beberapa hari aku hanya membalas BBMnya dengan sekadarnya saja. Namun ada suatu titik dimana aku benar-benar ingin menumpahkan semua amarahku padanya. Aku marah, aku menangis, aku tak mengerti mengapa tapi aku merasa benci dengan segala kelemahanku yang seperti itu. Namun dengan seketika kerasnya hatiku runtuh, ya aku kembali membuka hatiku untuknya. Aku mulai menggunakan aku-kamu, sayang, baby, dan sebagainya untuk panggilan, begitupula dia. Aku sadar bahwa hatiku masih dirajai olehnya, entah sampai kapan. Aku pun menantangnya untuk membuktikan rasa sayangnya untukku. Aku ingin dia merasa bangga akan aku seperti dulu saat kami mulai merajut cinta, aku ingin kami lebih terbuka dari sebelumnya, dan ia berkata untuk menyanggupi hal itu.
Sabtu, 29 January 2011
Kami bertemu setelah pertemuan terakhir kami akhir tahun 2010 lalu. Kami menonton sebuah film di bilangan blok m. Entah mengapa aku merasakan getaran itu lagi saat ia menggandeng tanganku, memeluku, dan menciumku. Entah mengapa aku pun menikmati suasana mesra kami berdua. Entah saat mengobrol, bergandengan, atau bahkan tertawa bersama. Ya, aku sadar. Aku semakin mencintainya. Dia menjadi seseorang yang berbeda. Dia lebih terbuka, terbukti dengan dia menguzunkanku membuka contact BBMnya, hal yang tak pernah kami lakukan sebelumnya. Aku pun begitu. Kami bercanda dari membajak BBM, Twitter, hingga msn. Dan jujur aku merasa nyaman dengan keadaan yang kami jalani sekarang.
Minggul 39 january 2011
Hari ini mamiku berulang tahun dan aku ingin dia berkata di jejaring sosial bahwa aku ini kekasihnya dan.......benar saja!!! Dia memamerkan aku. Aku terkejut padahal dulu ia berkata tak ingin melakukan itu karena takut oleh keluarganya, namun aku merasa dia berubah sekarang. Aku merasa dia lebih mencintaiku dari sebelumnya, dan percayalah ini bukan akhir dari ceritaku.....
“Bukan, kau Naomi!” ujar seseorang dikepalaku.
Oh iya, aku Naomi, maaf akhir-akhir ini fikiranku agak kacau, hingga terkadang aku pun melupakan namaku. Bisa kau bayangkan bagaimana kacaunya aku? Atau mungkin pernah merasakan yang seperti aku? Oh, aku harap tidak. Karena pastinya sangat menyakitkan. Jika kamu merasa seperti aku, maka secepatnya kau harus pergi ke psikolog terdekat, dan jangan sampai kamu meminum racun tikus yang ada dipojokan itu.
Aku akan bercerita. Mungkin hal yang tidak penting bagi kalian. Jika kalian merasa ini tidak penting, kalian bisa segera menutup buku ini dan bersenang-senang dengan apa yang kalian lakukan tadi sebelum menemukan tulisanku ini. Mungkin sekedar memberi tahu, aku akan bercerita tentang kisah cintaku yang mungkin agak berbeda. Dan mungkin akan aku mulai dari masa laluku. Dan berlanjut saat aku bertemu seorang malaikat yang membaca takdirku. Tentang kisah 2 orang muda-mudi yang saling mencintai namun berbeda Tuhan. Hm, terlalu biasa ya? Mungkin sedikit tambahan, kami menjalani hubungan jarak jauh. Masih biasa ya? Hm, selama 1 tahun 15 hari. Agak tergugah untuk terus membaca bukan? Dan aku mencintainya, tanpa syarat. Dan sialnya! Aku pernah berfikir untuk pindah keagamanya. Yah walaupun itu hanya sekedar khayalan tanpa ada hasrat untuk melakukan itu. Bisa kau bayangkan bagaimana berdosanya aku? Haha kau takkan pernah membayangkan hal itu terjadi dalam hidupmu bukan? Dan aku akan selalu berdoa, agar tidak akan pernah. Oke bagaimana kalau kita mulai saja? Aku kira aku sudah terlalu banyak bicara di sesi ini.
Kamu ingat Friendster? Haha iya pasti yang sekarang kalian fikirkan adalah “sarang alay” namun disitulah saat aku bertemu pujaan hatiku 2 tahun lalu. Kami tak lama berkomunikasi lewat media itu, karena tidak efektif. Akhirnya ia pun menanyakan nomer handphoneku ke teman akrabku di sebuah forum chatting. Laki-laki itu bernama Edward. Seorang Katholik. Dan aku seorang Muslim. Setelah dia menanyakan nomerku, kami pun asik ber-sms ria. Namun hanya sekedar teman, karena saat itu aku masih punya seorang pacar. Namun ini agak aneh, aku justru lebih sering berhubungan dengan Edward dibanding pacarku itu. Mungkin karena Edward lebih perhatian, dan pacarku pun berada dalam kondisi ‘selingkuh dengan mantannya’ hh bisa kau bayangkan itu? Karena aku tahu bahwa aku di-duakan, aku pun memutuskan hubungan dengan pacarku. Dan memutuskan untuk lebih mengakrabkan diri dengan Edward. Ya Edward membuatku sangat nyaman. Walaupun aku tahu dia berada di Jogjakarta. Dan kau tahu? Aku sama sekali tak perduli sejauh apapun dia. Karena yang aku tahu, aku mulai mencintainya.
Seminggu sudah kami asik ber-sms ria, dan dia menawarkanku untuk menjadi pacar bohongannya. Aku mengerti, mungkin tidak mudah baginya untuk menjalin hubungan yang serius denganku karena jarak yang terlampau jauh diantara kami. Aku pun menyetujuinya. 1 bulan aku menjadi pacar bohongannya. 1 bulan itu pula aku tahu bagaimana kejelekannya, dan kau tahu ternyata banyak sekali sifat dia yang tidak aku sukai? Dan tahukah kamu bodohnya aku adalah semakin dia menunjukan sifatnya aku semakin mencintainya! *poor me* haha bodoh bukan? Dia adalah seseorang yang Over Protective, temperamental, moody, mau menang sendiri, membenci ayahnya sendiri, tidak suka dikekang, dan masih banyak lagi. Aku pun yakin kalian pasti tidak akan percaya bahwa aku bisa tahan menjalani hubungan selama 1 tahun 15 hari bersamanya. Namun ingat, ini adalah kisah nyata bagiku. Okay, kembali ke topic awal. Saat aku pertama menjadi pacar bohongannya, aku merasa seolah seluruh dunia perduli padaku, dan semuanya serba sempurna. Dia yang baik dan penyayang, perhatian, dan benar-benar mencintaiku sebagaimananya aku. Dan itu yang aku butuhkan. dan sebulan setelahnya tepatnya tanggal 3 oktober jam 21.51 dan tepatnya saat aku ingin menonton sebuah film di sebuah mall dibilangan senayan, dia menyatakan bahwa ingin menjadikanku seseorang yang berarti baginya. Tanpa banyak fikir pun aku menyetujuinya. Karena aku pun sangat menyayanginya, and did you know
“love is when you love someone else more than you do to your self”
Satu bulanku tidak berjalan baik, dan tidak juga berjalan buruk. Ya setiap hari kami selalu bertengkar hanya karena hal sepele. Dan aku dibuat terkaget-kaget oleh pengakuannya yang dia menyatakan bahwa dia mempunyai penyakit jantung yang sudah lumayan parah. Kau tahu bagaimana mirisnya hatiku saat aku tahu bahwa orang yang aku sayangi mempunyai penyakin seperti itu? Pedih. Sampailah kepada hari ulang tahunnya tanggal 24 november 2008. Ya saat itu aku berusaha membuatnya tersenyum dan tidak membuat dia kesal dengan kecerobohan-kecerobohanku yang sering kali membuat dia marah. Dan aku berhasiiil *yipppiie…* hari itu aku telah sukses membuat dia bahagia. Beberapa hari kemudian, adalah hari ulang tahunku. Ya 29 november 2008. Aku fikir hari itu akan menjadi hari yang paling bahagia dan berkesan. Namun ternyata tidak. Edward emosi, dia pun memutuskan hubungan kami. Aku kira ini hanya akal-akalannya saja. Namun ternyata tidak. Ini sungguhan, dan hubungan kami sungguh berakhir. 2 minggu aku putus darinya, itu membuatku tersiksa hingga pernah mencoba bunuh diri. Menangis tiap malam, tidak nafsu makan, tidak pernah tersenyum, tidak pernah riang, selalu saja murung. Aku berfikir “mengapa saat aku menemukan seseorang yang benar-benar aku cintai, Tuhan malah membuatnya menjauh dariku?” tak adil bukan?
Selama 2 minggu itu aku terus-terusan mengirimi dia sms dan mengajak dia untuk kembali. Namun dia selalu menolak dan menolak. Bahkan aku sampai mengemis hanya untuk meminta dia kembali, namun dia tak pernah berkata “iya”. Hingga suatu malam dia mengirimiku sms :
“Omi, aku masih sayang kamu. Aku nyesel sama apa yang udah aku lakuin ke kamu. Aku mau kita kayak dulu, becanda-becanda, ketawa bareng2. Aku kangen kamu. Maafin aku”
Aku pun membaca pesan itu, dan dengan seketika air mataku pun menetes. Tanpa fikir panjang lagi aku pun menerima dia dan merajut semuanya dari awal. Entah mengapa aku masih mengingat semuanya. Padahal kejadian itu telah lama kulewati. Mungkin karena terlalu menyakitkan, dan akhirnya akupun mengingatnya tanpa sadar.
Setelah kembali padanya, dia semakin over protective. Dia selalu memakiku saat aku melakukan kesalahan, mengancam akan memutuskan hubungan kami setiap aku pulang telat, dia sempat ingin membunuhku saat dia tahu bahwa aku mempunya sahabat baik bernama Adit, dia sempat memakiku dengan kata-kata kasar dan meyebutku sebagai perempuan murahan. Aku hanya bisa terdiam, menangis, dan mematung membaca sms itu. Aku selalu tidak kuat membalas smsnya. Aku hanya bisa diam. Karena aku tahu, saat aku membalas sms itu, dia akan tambah marah dan tambah memakiku. Aku selalu diam, diam, dan diam. Mungkin dia selalu khawatir, dan akhirnya menelfonku dan meminta maaf. Aku pun selalu memaafkannya. Kamu tahu? Itu berlangsung selama satu tahun. Aku akui, dia memang penyayang. Dia berbeda dari tipe laki-laki manapun yang pernah aku temui.
Selama aku menjalani hubungan bersamanya, aku mempunya satu teman baik. Aku biasa memanggilnya Tottem. Dia baik. Sangat baik, atau bahkan kelewat baik. Dia selalu ada saat aku mebutuhkan seseorang untuk menguatkanku. Dia juga seorang Katholik, laki-laki berambut keriting, dan kurus cungkring. Laki-laki yang menjadi sobatku. Dia seperti kakaku. Mungkin karena dari dulu aku selalu mendambakan sosok seorang kakak, sehingga aku menjadi ketergantungan padanya. Aku mengenalnya jauh sebelum aku mengenal Edward, tanpa mengetahi bahwa mereka pernah bersekolah di SMP yang sama. Walaupun berbeda angkatan karena Tottem berada 1 tahun diatasku.
Mengenalnya membuatku nyaman hingga aku bisa saja tanpa sadar menceritakan semuanya. Entah itu masalahku atau hanya cerita-cerita ringan belaka. Namun seberapa ringan obrolan kami itu, aku merasa bisa tertawa renyah didekatnya.
Satu tahun sudah aku bersama Edward, dengan suka duka yang telah aku miliki, hingga sekarang aku berniat memberikannya sebuah kado. Aku Ingat, sebuah Rosario hitam pekat dengan patung kecil Yesus Kristus yang menjadi bandulnya. Cantik. Itu kesan pertamaku saat aku melihat Rosario itu dikabin sebuah toko. Tanpa memilih-milih lagi aku pun membelinya. Dan ternyata pilihanku itu yang terbaik hehe. Setelah membeli Rosario itu aku membeli kertas daur ulang dan kotak kado. Aku sama sekali tak memikirkan berapa uang yang aku keluarkan untuk membeli semua kado dan pernak-perniknya hingga aku dimarahi oleh orang tuaku karena terlalu boros. Namun aku tak pernah menghiraukannya. Begitu seriusnya aku membuat kado Anniversary itu hingga aku tak memperdulikan orang-orang disekitarku yang merasa bahwa aku berubah, bahwa aku jadi menelantarkan mereka, bahwa aku jadi lebih mementingkan laki-laki yang selalu menyakitiku dan membuatku menangis dibandingakn dengan mereka yang selalu membuatku tersenyum.
Aku pun mengirimkan kadoku via Tiki, dan beberapa hari kemudian Edward menyampaikan rasa terimakasihnya padaku yang telah bercapai ria membuat dan membelikan Rosario kepadanya. Aku hanya tersenyum senang karena dia menyukai kado yang kubuat. Sebuah Rosario dan sebuah Scrapbook bergambarkan tokoh komik Miiko yang aku gambar.
Namun 10 hari kemudian sifatnya berubah drastis. Dia menjadi jarang megirimiku sms, menanyakan kabar, dan mengatakan dia sayang aku. Dia menjadi dingin. Dan tanpa perasaan. Aku hanya diam, diam keluhan sampai akhirnya semua memuncak 5 hari kemudian. Aku tak tahan lagi, aku menangis dan aku mengiriminya sms untuk memperjelas status hubungan kami. Dan dia mengejutkanku dengan sms:
“Nao, maafin aku. Aku emang lagi deket sama adik kelasku. Dia baik. Dia mirip kamu, dari sikap, sampe manjanya juga mirip kamu. Dia sms aku seminggu yang lalu, dan aku ngerasa kamu ada dideket aku saat aku smsan sama dia. Aku ngerasa dia itu kamu. Maaf. Aku sayang dia. Aku sayang dia kayak aku sayang sama kamu. Tapi aku janji gaakan jadian sama dia karena aku gamau pacaran dulu. Maafin aku”
Membaca sms itu hatiku hancur. Aku tak tahu harus bagaimana saat hatinya telah berpindah kepada perempuan lain. Dan bodohnya aku semakin mencintainya. Aku semakin sadar, bahwa aku sangat menyayanginya.
“Love isn’t ‘bout how to make him/her to be yours, but makes your mate being happy”
2 minggu sudah setelah ia memutuskan hubungan kami untuk kesekian kalinya. Dan dua minggu itu juga aku selalu mengemis kepadanya agar dia kembali. Namun aku mendapat kabar bahwa ia telah bersatu dengan perempuan jalang itu! Perempuan yang merebutnya dariku! Aku pun mengiriminya sms
“aku fikir kamu bisa megang kata2mu untuk gajadian sama perempuan itu. Aku kira kamu masih bisa setia sama aku terus kita bisa balik kayak dulu lagi. Ternyata aku salah. Makasih buat semuanya”
Sending and……sent!
Handphoneku pun bergetar tanda sms masuk. Ternyata dari Edward.
“kamu fikir kamu siapa? Kamu fikir kamu bisa bahagiain aku? Kamu fikir kamu bisa ada saat aku butuh kamu? Kamu tuh jauh! Kamu tuh gaberguna buat aku. Kamu bisa apasih??? Cuma bisa tlpn sama sms doang kan?”
Ya Tuhan, hatiku yang sudah hancur berkeping-keping seperti berubah menjadi debu. Lebih hancur. Aku hanya bisa menangis.
Berbulan-bulan sudah aku terpuruk dan tak memperdulikan kehidupan sekitarku. Yang aku lakukan hanya mendapat prestasi dan menghibur diri dengan membuat keonaran disekolah. Aku merasa senang saat orang yang kubenci mendapat kesulitan, bahkan terpuruk. Aku menjadi orang yang sombong dan selalu mendongak tinggi saat orang-orang tua itu menasehatiku. Aku pun tak lagi memikirkan kehidupan cintaku. Aku merasa laki-laki itu hanya untuk mainanku, dan terbukti dengan aku mendekti beberapa laki-laki dan meninggalkannya saat mereka telah menyatakan bahwa mereka menyukaiku. Jahat ya? Memang. Jahat sekali. Namun setelah apa yang aku alami, apa masih bisa aku dianggap jahat? Aku melakukan itu hanya untuk menghiburku dan mencari pengganti Edward.
Sebenarnya beberapa sata setelah aku putus dengan Edward aku sedikit dekat dengan sahabatku yang bernama Tottem. Dia yang menghiburku setiap harinya, membuatku tertawa walaupun itu hanya kedok untuk menutupi luka besar yang masih menganga. Hubungan kami yang sudah dekat terasa semakin dekat. Setiap kali chatting dengannya aku merasakan ada api kecil, ada sesuatu yang masih menahanku sebelum aku benar2 terjatuh. Mungkin aku tak begitu merasakannya, namun itu lebihbdekat dr urat nadiku, meski tenaga itu kecil, dan terkadang aku tak bisa merasakannya.
Hubunganku dengan Tottem semakin merenggang karena dia harus mengerjakan UAN beberapa bulan lagi. Dan itu membuatku kehilangan waktu untuk berkomunikasi dengannya. Dan pastinya membuatku kembali kesepian, ya api kecil dan tenaga itu benar-benar hilang. Sekian lama Tottem pergi membuatku lebih menggalaui kehidupan suramku. Aku benar-benar kembali rapuh dan tak bisa mencari pengganti Edward sampai.........
7 Juni 2010
FGD di suatu SMA swasta di Jakarta membuatku berkenalan dengan banyak teman-teman baru. Termasuk Gerard. Dan di seorang Katholik (lagi). Jujur saja aku tak begitu memperhatikannya saat diskusi karena aku mencoba focus mengikuti topic pembicaraan (maklum saja aku datang terlambat karena aku harus bersekolah) namun tak tahu mengapa dia bisa merequest facebookku dan akhirnya kami berkenalan. Awalnya aku biasa saja, menanggapinya dengan santai. Namun ada sedikit perasaan aneh yang merasukiku saat setiap pagi dia mengirimkanku sms, memperhatikan setiap langkah kecilku dan memberiku tepukan kecil.
Hubungan kami sepertinya mulai dekat saat iya mulai membalas smsku dengan panggilan aku-kamu dan sayang. Dan kalian tahu? Dia membuatku tersenyum dan tertawa setiap harinya lewat lawakan-lawakannya yang aneh ahaha dan aku sangat menikmatinya. Sangat nyaman.
18 Juni 2010
Argh sialnya dia laki-laki pertama yang melihatku susah makan dan harus dipaksa oleh teman-temanku. Memang keadaannya aku sedang sakit dan harus kekantor TI dibilangan senayan, dan pulangnya kami pun mampir ke Blok S. Disitulah pertempuran terjadi, saat aku merasakan perutku mual, dan teman-temanku menyuruhku makan. Haha lucu rasanya mengingat semua itu. Aku bagaikan anak kecil yang dikejar orang tuanya hanya untuk menyuapinya makan.
Sepulangnya dari Blok S kami sempat bercerita sedikit tentang kehidupan kami di metromini. Dan aku mulai memahami dia. Dan aku fikir dia adalah anak yang unik. Aku pun lebih menyukainya.
19 Juni 2010
Mungkin spesifiknya jam 14.00 saat film 101 Dalmatians ditayangkan di salah satu stasiun TV, ceritanya yang Instant dan unik membuatku menceritakan alur cerita tersebut kepadanya. Dan setengah jam berikutnya kami pun sepakat menyatakan bahwa kami sejalan. Dengan semua perbedaan yang kami miliki.
Semuanya berjalan indah pada bulan pertama, aku merasa bahagia layaknya pasangan baru lainnya. Aku merasakan bagaimana kesempurnaan dia yang merangkulku. Tentang keberadaan dia yang hadir saat aku terjatuh. Saat uluran tangan dia menggapai tanganku disaat aku terpuruk didalam kesakit hatianku. Aku bahagia, aku selalu tersenyum saat mengingat dia dan membaca namanya.
Namun tahukah kamu semuanya telah berubah? Dia menjadi jarang mengirimi aku sms dan menanyakan kabar semenjak masuk sekolah. Beberapa hari yang lalu dia baru memberi tahuku bahwa ia sibuk LDKS dan mengurusi MOS. Dan aku dapat memakluminya. setelah MOS dan LDKSnya selesai, dia memang kembali seperti dulu, namun ada yang aneh. Dia tidak perhatian, dia hanya sering mengsmsku saja. Saat kami pergi bersamapun dia tak lagi mencium keningku sata kami ingin berpisah, saat kami jalan bersama pun dia tak lagi menggenggam tanganku seperti dulu. Hh aku sedih.
Indah memang..
Namun hanya sementara
Mungkin ia telah bosan
Mungkin juga lelah
Aku hanya bisa diam
Menangis dalam keheningan
Aku hanya bisa diam
Membisu dalam kata
Aku tak berani bersua
Ataupun menorah dalam tulisan
Bimbang
Ya.. aku mencintainya
Sangat.
Namun mungkin dia tak merasa
Tak perduli
Atau mungkin tak mengerti
Dia berubah
Dari sikap dan tingkah lakunya
Tak pernah berkata “aku sayang kamu”
Dan tak pernah mencium keningku lagi
Aku tak mengharapkan lebih
Namun dia yang kemarin adalah dia yang meluluhkan hatiku
Aku ingin dia yang dulu
Dia yang tertawa renyah saat bersamaku
Dia yang menggenggam erat tanganku
Dia yang mencium keningku
Dan berkata “aku sayang kamu”
Dan entah kenapa aku menjadi pribadi yang pencemburu akhir-akhir ini. Cemburu saat melihat tweet dan wall Facebooknya dari perempuan lain. Ya tepat seperti dugaanku. Beberapa hari setelah hari raya idul fitri aku lupa tanggal spesifiknya karena aku memang sebenarnya memang berniat untuk melupakan apa yang sebenarnya telah terjadi.
KFC Cikini
“hei, aku boleh ganti status FB ku jadi single gak?”
Tak mengerti mengapa namun hal itu dapat membuatku meneteskan air mata dengan sekejap. Seperti yang aku katakan di part sebelumnya. Aku mencintai Gerard. Sebagai orang yang mengulurkan tangannya untukku, membuatku tersenyum saat semua yang terburuk menimpaku secara bertubi-tubi.
Taman Menteng
Ditemani Phalen dan Kevin sepertinya tidak begitu membantu. Hanya kesendirian dan kesepian. Bahkan gelap. Mungkin aku haris menganalogikannya dengan sesuatu. Mungkin saat kau mempunya sesuatu yang berharga yah sesuatu yang berharga bagi dirimu, bisa itu emas, berlian, perak, atau bahkan boneka kesayanganmu diambil oleh seseorang lalu ada seseorang yang ,memberikanmu sesuatu yang lebih berharga dari apa yang telah kau miliki sebelumnya apakah dengan rela kau akan melepaskannya begitu saja, padahal kau telah menangis, marah, bahkan mengamuk untuk mendapatkan penggantinya? Aku rasa takkan semudah itu.
2 bulan kemudian
Gerard kembali dengan segala penolakan yang kuberikan yang telah aku lakukan. Namun pada suatu saat aku mencapai titik dimana aku menyadari bahwa aku mencintainya. Lebih dewasa dari apa yang aku lakukan terhadap Edward. Aku ingin mengerti dia, usianya memang hanya terpaut 1 bulan lebih tua daripadaku, namun dia membuatku harus terus menerus bersabar menerima sikapnya. Dia seorang yang egois, dia selalu menginginkanku mengikuti jalan hidupnya. Aku sedih, aku tak sanggup mengikuti jalannya. Aku mempunyai jalur kehidupanku sendiri yang harus aku jalani. Mungkin ia tidak mengerti bahwa aku mencintainya, bahkan terlalu mencintainya dengan segala kekurangan yang ia miliki. Akhirnya kami pun bersatu kembali dengan keadaan dia yang juga telah memiliki kekasih.
Awalnya aku sama sekali tak mengetahui bahwa ia telah memiliki kekasih, aku menerimanya karena aku berfikir dia telah berubah menjadi Gerardku yang dulu, akhirnya aku mengetahui semuanya, namun aku tak mengerti mengapa, aku masih terus saja mencintainya, terlepas dari segala kebohongan yang telah ia lakukan kepadaku.
Hubungan kami hanya berjalan satu minggu, ia kembali menjadi seperti Gerard yang cuek dan acuh dan aku memutuskan untuk mundur dan dengan mudah ia menyetujui keputusanku itu. Ya benar sja beberapa minggu setelah itu aku mengetahui dia telah menjalin hubungan dengan perempuan lain. Aku hanya bisa tersenyum, mencoba melupakan rasa cintaku dan berusaha membuangnya jauh dari palung hatiku.
Akhir Desember 2010
Gerard kembali mengusik kehidupanku. Ia datang dengan sejuta kata maaf dan beribu emoticon sedih, aku luluh entah mengapa semudah itu. Aku seperti penyihir. Aku tak bisa membohongi diriku, aku mencintainya. Lebih dari apapun. Namun, lagi-lagi hubungan kami tak lebih dari 1 minggu. Dia kembali seperti dahulu, cuek. Dan aku pun kembali memutuskan untuk mundur dari kehidupannya (lagi). Aku pernah berkata padanya, aku benci saat dia meninggalkanku, mungkin hal itu benar, aku membenci itu hingga aku membenci Gerard.
Senin, 24 January 2011
Saat itu aku baru saja selesai mandi pagi, aku melihat LED blackberryku menyala. Aku segera meraih hapeku. Aku fikir itu ojek langgananku namun ternyata bukan. Ada BBM pagi itu, namun bukan BM namun sapaan selamat pagi dan pemberian semangat untuk Try Outku dari Gerard. Aku tak mengerti mengapa, tapi ada rasa benci disana. Saat aku tahu bahwa dia berani menghubungiku setelah dia membuatku terjatuh berkali-kali. Aku benci saat masa kegamanganku telah berakhir namun dia kembali datang dengan tiba-tiba. Namun tak bisa aku pungkiri, aku masih mencintainya, walau tak sebesar cintaku padanya dulu.
Beberapa hari aku hanya membalas BBMnya dengan sekadarnya saja. Namun ada suatu titik dimana aku benar-benar ingin menumpahkan semua amarahku padanya. Aku marah, aku menangis, aku tak mengerti mengapa tapi aku merasa benci dengan segala kelemahanku yang seperti itu. Namun dengan seketika kerasnya hatiku runtuh, ya aku kembali membuka hatiku untuknya. Aku mulai menggunakan aku-kamu, sayang, baby, dan sebagainya untuk panggilan, begitupula dia. Aku sadar bahwa hatiku masih dirajai olehnya, entah sampai kapan. Aku pun menantangnya untuk membuktikan rasa sayangnya untukku. Aku ingin dia merasa bangga akan aku seperti dulu saat kami mulai merajut cinta, aku ingin kami lebih terbuka dari sebelumnya, dan ia berkata untuk menyanggupi hal itu.
Sabtu, 29 January 2011
Kami bertemu setelah pertemuan terakhir kami akhir tahun 2010 lalu. Kami menonton sebuah film di bilangan blok m. Entah mengapa aku merasakan getaran itu lagi saat ia menggandeng tanganku, memeluku, dan menciumku. Entah mengapa aku pun menikmati suasana mesra kami berdua. Entah saat mengobrol, bergandengan, atau bahkan tertawa bersama. Ya, aku sadar. Aku semakin mencintainya. Dia menjadi seseorang yang berbeda. Dia lebih terbuka, terbukti dengan dia menguzunkanku membuka contact BBMnya, hal yang tak pernah kami lakukan sebelumnya. Aku pun begitu. Kami bercanda dari membajak BBM, Twitter, hingga msn. Dan jujur aku merasa nyaman dengan keadaan yang kami jalani sekarang.
Minggul 39 january 2011
Hari ini mamiku berulang tahun dan aku ingin dia berkata di jejaring sosial bahwa aku ini kekasihnya dan.......benar saja!!! Dia memamerkan aku. Aku terkejut padahal dulu ia berkata tak ingin melakukan itu karena takut oleh keluarganya, namun aku merasa dia berubah sekarang. Aku merasa dia lebih mencintaiku dari sebelumnya, dan percayalah ini bukan akhir dari ceritaku.....
Selasa, 11 Januari 2011
Apa Itu Jaringan Islam Liberal
nemuin website bagus yang menjelaskan tentang agama yang gue anut, sebagian artikel yang berbau religius gue copy-paste dari sana, enjoy :)
Tentang Jaringan Islam Liberal
1. Apa itu Islam liberal?
Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan landasan sebagai berikut:
a. Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam.
Islam Liberal percaya bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks keislaman adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan dalam segala cuaca. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau secara keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam Liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), dan ilahiyyat (teologi).
b. Mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks.
Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam Liberal adalah upaya menafsirkan Islam berdasarkan semangat religio-etik Qur’an dan Sunnah Nabi, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Dengan penafsiran yang berdasarkan semangat religio-etik, Islam akan hidup dan berkembang secara kreatif menjadi bagian dari peradaban kemanusiaan universal.
c. Mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural.
Islam Liberal mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran (dalam penafsiran keagamaan) sebagai sesuatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang terkungkung oleh konteks tertentu; terbuka, sebab setiap bentuk penafsiran mengandung kemungkinan salah, selain kemungkinan benar; plural, sebab penafsiran keagamaan, dalam satu dan lain cara, adalah cerminan dari kebutuhan seorang penafsir di suatu masa dan ruang yang terus berubah-ubah.
d. Memihak pada yang minoritas dan tertindas.
Islam Liberal berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang mengawetkan praktek ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas di sini dipahami dalam maknanya yang luas, mencakup minoritas agama, etnik, ras, jender, budaya, politik, dan ekonomi.
e. Meyakini kebebasan beragama.
Islam Liberal meyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. Islam Liberal tidak membenarkan penganiayaan (persekusi) atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan.
f. Memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik.
Islam Liberal yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Islam Liberal menentang negara agama (teokrasi). Islam Liberal yakin bahwa bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat, dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus.
2. Mengapa disebut Islam Liberal?
Nama “Islam liberal” menggambarkan prinsip-prinsip yang kami anut, yaitu Islam yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. “Liberal” di sini bermakna dua:
kebebasan dan pembebasan. Kami percaya bahwa Islam selalu dilekati kata sifat, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirnya. Kami memilih satu jenis tafsir, dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam, yaitu “liberal”. Untuk mewujudkan Islam Liberal, kami membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL).
3. Mengapa Jaringan Islam Liberal?
Tujuan utama kami adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat. Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik. JIL adalah wadah yang longgar untuk siapapun yang memiliki aspirasi dan kepedulian terhadap gagasan Islam Liberal.
4. Apa misi JIL?
Pertama, mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang kami anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak.
Kedua, mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari tekanan konservatisme. Kami yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat.
Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi.
www.islamlib.com
Tentang Jaringan Islam Liberal
1. Apa itu Islam liberal?
Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran tertentu atas Islam dengan landasan sebagai berikut:
a. Membuka pintu ijtihad pada semua dimensi Islam.
Islam Liberal percaya bahwa ijtihad atau penalaran rasional atas teks-teks keislaman adalah prinsip utama yang memungkinkan Islam terus bisa bertahan dalam segala cuaca. Penutupan pintu ijtihad, baik secara terbatas atau secara keseluruhan, adalah ancaman atas Islam itu sendiri, sebab dengan demikian Islam akan mengalami pembusukan. Islam Liberal percaya bahwa ijtihad bisa diselenggarakan dalam semua segi, baik segi muamalat (interaksi sosial), ubudiyyat (ritual), dan ilahiyyat (teologi).
b. Mengutamakan semangat religio etik, bukan makna literal teks.
Ijtihad yang dikembangkan oleh Islam Liberal adalah upaya menafsirkan Islam berdasarkan semangat religio-etik Qur’an dan Sunnah Nabi, bukan menafsirkan Islam semata-mata berdasarkan makna literal sebuah teks. Penafsiran yang literal hanya akan melumpuhkan Islam. Dengan penafsiran yang berdasarkan semangat religio-etik, Islam akan hidup dan berkembang secara kreatif menjadi bagian dari peradaban kemanusiaan universal.
c. Mempercayai kebenaran yang relatif, terbuka dan plural.
Islam Liberal mendasarkan diri pada gagasan tentang kebenaran (dalam penafsiran keagamaan) sebagai sesuatu yang relatif, sebab sebuah penafsiran adalah kegiatan manusiawi yang terkungkung oleh konteks tertentu; terbuka, sebab setiap bentuk penafsiran mengandung kemungkinan salah, selain kemungkinan benar; plural, sebab penafsiran keagamaan, dalam satu dan lain cara, adalah cerminan dari kebutuhan seorang penafsir di suatu masa dan ruang yang terus berubah-ubah.
d. Memihak pada yang minoritas dan tertindas.
Islam Liberal berpijak pada penafsiran Islam yang memihak kepada kaum minoritas yang tertindas dan dipinggirkan. Setiap struktur sosial-politik yang mengawetkan praktek ketidakadilan atas yang minoritas adalah berlawanan dengan semangat Islam. Minoritas di sini dipahami dalam maknanya yang luas, mencakup minoritas agama, etnik, ras, jender, budaya, politik, dan ekonomi.
e. Meyakini kebebasan beragama.
Islam Liberal meyakini bahwa urusan beragama dan tidak beragama adalah hak perorangan yang harus dihargai dan dilindungi. Islam Liberal tidak membenarkan penganiayaan (persekusi) atas dasar suatu pendapat atau kepercayaan.
f. Memisahkan otoritas duniawi dan ukhrawi, otoritas keagamaan dan politik.
Islam Liberal yakin bahwa kekuasaan keagamaan dan politik harus dipisahkan. Islam Liberal menentang negara agama (teokrasi). Islam Liberal yakin bahwa bentuk negara yang sehat bagi kehidupan agama dan politik adalah negara yang memisahkan kedua wewenang tersebut. Agama adalah sumber inspirasi yang dapat mempengaruhi kebijakan publik, tetapi agama tidak punya hak suci untuk menentukan segala bentuk kebijakan publik. Agama berada di ruang privat, dan urusan publik harus diselenggarakan melalui proses konsensus.
2. Mengapa disebut Islam Liberal?
Nama “Islam liberal” menggambarkan prinsip-prinsip yang kami anut, yaitu Islam yang menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. “Liberal” di sini bermakna dua:
kebebasan dan pembebasan. Kami percaya bahwa Islam selalu dilekati kata sifat, sebab pada kenyataannya Islam ditafsirkan secara berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penafsirnya. Kami memilih satu jenis tafsir, dan dengan demikian satu kata sifat terhadap Islam, yaitu “liberal”. Untuk mewujudkan Islam Liberal, kami membentuk Jaringan Islam Liberal (JIL).
3. Mengapa Jaringan Islam Liberal?
Tujuan utama kami adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat. Untuk itu kami memilih bentuk jaringan, bukan organisasi kemasyarakatan, maupun partai politik. JIL adalah wadah yang longgar untuk siapapun yang memiliki aspirasi dan kepedulian terhadap gagasan Islam Liberal.
4. Apa misi JIL?
Pertama, mengembangkan penafsiran Islam yang liberal sesuai dengan prinsip-prinsip yang kami anut, serta menyebarkannya kepada seluas mungkin khalayak.
Kedua, mengusahakan terbukanya ruang dialog yang bebas dari tekanan konservatisme. Kami yakin, terbukanya ruang dialog akan memekarkan pemikiran dan gerakan Islam yang sehat.
Ketiga, mengupayakan terciptanya struktur sosial dan politik yang adil dan manusiawi.
www.islamlib.com
Agama dan Kebebasan: Dapatkah Bersanding-berdamping?
Oleh Malja Abror
Kang Husein menyimpulkan bahwa (keyakinan) agama adalah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaatan dan ketundukan total kepada-Nya; keyakinan akan adanya balasan dan pertanggungjawaban di hari akhir. Karena itu, agama (al-din) bersifat sangat personal dan tersembunyi. Maka terhadap agama dengan pengertian seperti ini, tidak ada kekuasaan apa pun, baik itu institusi atau orang, yang bisa melakukan intervensi atasnya.
Selama tiga hari, 17, 18, dan 19 Maret 2008, Jaringan Islam Liberal (JIL) merayakan ulang tahun ke-7. Serangkaian acara digelar dalam rangka ulang tahun kali ini. Ada workshop jaringan kampus, diskusi, pemutaran film, bazar buku, dan ditutup oleh pentas kebebasan. 20 orang aktivis civil society dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina, pun ikut menyemarakkan ulang tahun JIL kali ini. Mereka yang tergabung dalam Southt East Asian Muslim Network itu hadir di Jakarta dan Yogyakarta dalam rangka study visit selama 10 hari.
Untuk ulang tahun kali ini, JIL mengusung tema besar, “Memantapkan Landasan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.” Karena itu, diskusi yang digelar selama dua hari pun fokus berbicara soal kebebasan beragama dan berkeyakinan. Di hari pertama, 17 Maret 2008, diskusi mengambil tema turunan, “Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan: Perspektif Agama-agama.” Hadir tiga narasumber: KH. Husein Muhammad, Franz Magnis Suseno, dan Martin Lukito Sinaga. Diskusi dipandu Syafiq Hasyim.
Romo Magnis yang mewakili perspektif Katolik, memulai presentasinya dengan pertanyaan apakah benar kebebasan itu bisa bersanding dengan agama? Bukankah kebebasan bertolak belakang dengan agama? Menjawab pertanyaan tersebut, Magnis mengatakan, “Kebebasan justru berhubungan erat dengan agama. Sebab agama yang tidak menghormati kebebasan, berada dalam bahaya tidak menghormati Tuhan yang mau disembah dan ditaati. Paksaan selalu mengkorupsi sikap inti keagamaan.”
Magnis menambahkan, “Kebebasan beragama adalah inti keagamaan itu sendiri. Maka kalau kita memeriksa teks-teks kitab suci agama-agama, kita akan menemukan bahwa kebebasan beragama bukanlah sesuatu yang modern. Kami berdasarkan Perjanjian Baru bisa dengan mudah menunjuk bahwa pendiri agama kami menghormati kebebasan beragama.""Kebebasan beragama”, lanjut Magnis, “bukan kompromi agama-agama dengan modernitas, tetapi adalah sesuatu yang muncul dari keseriusan keberagamaan itu sendiri.”
Selanjutnya Magnis menjelaskan bahwa kebebasan beragama maksudnya bukanlah bebas terhadap Tuhan. “Kebebasan beragama berarti bahwa tidak ada manusia, apalagi negara, termasuk Menteri Agama, yang berhak menuntut ketaatan mutlak dari umat,”tegas Romo berambut putih ini. Menurut Magnis, kalau terhadap Allah, manusia tidak bebas. Allah mutlak harus ditaati, dan apa yang betul-betul disadari dari Allah mesti juga betul-betul di sadari dalam hati. “Jadi terhadap Allah, tidak ada kebebasan,”kata Magnis. Menegaskan kalimat terakhirnya, Magnis menambahkan, “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada terhadap manusia.”“Dan inilah dasar kebebasan beragama,”pungkasnya.
Berbicara mewakili perspektif Protestan, sambil merujuk Martin Luther, Martin L. Sinaga menyatakan bahwa kebebasan beragama harus mulai, bahkan semata-mata bertolak, dari kebebasan batin; dari jiwa yang dalam kegembiraannya tidak lagi hidup dalam kungkungan agama dan hukum agama. Masih merujuk pada sumber yang sama, Martin menambahkan bahwa ada sebentuk inner liberty dalam diri manusia. Dan dalam kebebasan demikian, manusia hanya mau berdiri di bawah satu otoritas, yaitu Sabda Allah.
Landasan teoretis dan idealnya seperti itu. Tapi Martin pada diskusi malam itu tidak ingin terpaku pada aspek yang ideal dari kebebasan saja. Ia ingin bergerak ke aspek yang belum disinggung oleh Romo Magnis, yaitu aspek yang riil. Dalam konteks Eropa abad ke-15/16, konsep kebebasan beragama sebagai sebentuk inner liberty yang berasaskan pada Sabda, tidak memadai lagi atau sudah terbentur oleh kenaifannya sendiri. Maka Calvin di Geneva (Swiss) mengusulkan gagasan tentang sovereignty in it’s own sphere: bahwa gereja Katolik dan Protestan bisa hidup dalam hormat akan independensinya masing-masing di bawah negara yang legitim dan berdaulat. Tawaran Calvin inilah yang selanjutnya menjadi ilham bagi gagasan religious liberty di Eropa.
Martin mengakui bahwa kebebasan beragama dalam konteks Protestan”dan sesungguhnya dalam konteks agama-agama yang lainnya juga”dipahami secara ambigu. Di satu sisi, kebebasan beragama adalah sebentuk inner liberty, karenanya bersifat internal. Tapi di sisi lain, kebebasan beragama juga menuntut dimensi lain, yaitu dimensi ke-risalah-an (misionarisme); kehendak untuk menyiarkan Injil baik di ranah personal maupun publik. Dari sinilah awal mula munculnya gesekan dengan kebebasan beragama dari agama lain yang juga menuntut hal yang sama.
Dalam konteks Indonesia di mana umat Kristen minoritas, hal itu memunculkan suatu kerepotan tersendiri. Diusahakanlah solusi utuk menjawab kerepotan itu. Maka pada tahun 1950 dibentuklah DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia) dan juga Parkindo (Partai Kristen Indonesia). DGI diniatkan untuk menjaga “ke-umat-an”, sedangkan Parkindo ditujukan agar kepentingan konstitusional kebebasan umat Kristiani dapat diperjuangkan di tingkatan politik.
Modus solusi tersebut ternyata tidak sepenuhnya berhasil untuk menghindarkan benturan-benturan terhadap kekristenan dalam konteks Indonesia. Langkah selanjutnya, diikhtiarkanlah sebuah gerak menerobos, yakni pempribumian gereja dan karyanya di bumi Nusantara. Dengan ini diniatkan bahwa Injil tidak lagi menyangkut pengalih-agamaan ke dalam kekristenan, namun pada ikhtiar menjadi saksi pengharapan sosial dan terlibat aktif dalam membangun ruang-ruang kebebasan bersama.
Kang Husein, mewakili perspektif Islam, mengaku setuju dengan apa yang dikatakan Romo Magnis. Secara berkelakar, Kang Husein memberi alasan persetujuannya dengan Romo Magnis, “Saya ini orang NU, dan Katolik itu sama dengan NU: sama-sama masih menghormati para pastor dan kiai.”“Oleh karena itu,”lanjut Kang Husein, “Apa yang dibawa oleh Nabi Muhamad dalam Islam tidak ada yang baru sebenarnya. Nabi Muhamad hanya menggenapi bagian yang kurang saja dari pendahulunya, Yahudi dan Kristen.”“Nabi bersabda: wa ana hadzihi al-labinah (dan saya, Muhamad, adalah penggenap bagian satu batu bata yang kurang itu),”kata Kang Husein.
Selanjutnya Kang Husein lebih banyak mengeksplorasi tentang perbedaan antara al-din dan al-syari’ah. Bagi Kang Husein, pembedaan antara keduanya sangat penting, sebab pencampuradukan antara keduanyalah awal dari timbulnya kekerasan berbasis agama yang menodai kebebasan beragama. Untuk konteks Indonesia, Kang Husein menunjuk contoh tentang tuntutan penerapan Perda-perda Syariâah di beberapa tempat. Menurut Kang Husein, hal itu karena adanya kerancuan dalam memahami al-din dan al-syari’ah.
Kang Husein melihat bahwa antara al-din dan al-syariâah harus ada pembedaan secara clear dan distinctive. Dengan merujuk pada pendapat ahli tafsir klasik terkemuka, Qatadah, Kang Husein mendefinisikan al-din sebagai kepercayaan kepada otoritas Maha Tunggal. Kang Husein juga mengkutipkan definisi al-din menurut al-Syihristani, pengarang kitab al-Milal wa al-Nihal, yaitu “ketaatan dan ketundukan (al-thaâah wa al-inqiyad), pembalasan (al-jazaâ), dan pertanggungjawaban pada hari akhir (al-hisab yaum al-maâad).
Dari dua kutipan itu, Kang Husein menyimpulkan bahwa (keyakinan) agama adalah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaatan dan ketundukan total kepada-Nya; keyakinan akan adanya balasan dan pertanggungjawaban di hari akhir. Karena itu, menurut Kang Husein, agama (al-din) dalam pengertian seperti ini bersifat sangat personal dan tersembunyi. Hanya orang bersangkutan dan Tuhan-lah yang tahu. Maka terhadap agama dengan pengertian seperti ini, tidak ada kekuasaan apa pun, baik itu institusi atau orang, yang bisa melakukan intervensi atasnya. Untuk memberikan landasan kitab sucinya, Kang Husein mengutip ayat la ikraha fi al-din (tidak ada paksaan sama sekali dalam beragama), dari surah al-Baqarah ayat 256.
Sementara al-syariâah adalah ekspresi keyakinan agama yang merupakan jalan atau cara setiap pemeluk agama dalam mengabdikan diri kepada Otoritas Tunggal dan Absolut tersebut. “Karena itu,”lanjut Kang Husein, “syariat itu berbeda-beda.”Untuk hal ini, Kang Husein mengutipkan pendapat Ibn Jarir al-Thabari, al-din wahid wa al-syariâtu mukhtalifah (agama itu tunggal, syariatlah yang plural). “Al-Qurân sendiri juga mengisyaratkan hal yang sama,”tambah Kang Husein, sambil mengutip ayat: likullin jaâlna minkum syirâtan wa minhaja.
Keberagaman jalan ekspresi ini justru kebajikan Tuhan agar makhluk-Nya leluasa dalam mendekati-Nya. Dan juga agar menjadi ajang kontestasi untuk saling menggapai al-khairat, kebaikan-kebaikan. “Fastabiq al-khairat,”pungkas Kang Husein sambil merujuk kepada kitab suci. Dan perlombaan dalam menggapai kebajikan itulah yang mestinya ditunjukkan oleh tiap-tiap umat beragama.
Kang Husein menyimpulkan bahwa (keyakinan) agama adalah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaatan dan ketundukan total kepada-Nya; keyakinan akan adanya balasan dan pertanggungjawaban di hari akhir. Karena itu, agama (al-din) bersifat sangat personal dan tersembunyi. Maka terhadap agama dengan pengertian seperti ini, tidak ada kekuasaan apa pun, baik itu institusi atau orang, yang bisa melakukan intervensi atasnya.
Selama tiga hari, 17, 18, dan 19 Maret 2008, Jaringan Islam Liberal (JIL) merayakan ulang tahun ke-7. Serangkaian acara digelar dalam rangka ulang tahun kali ini. Ada workshop jaringan kampus, diskusi, pemutaran film, bazar buku, dan ditutup oleh pentas kebebasan. 20 orang aktivis civil society dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina, pun ikut menyemarakkan ulang tahun JIL kali ini. Mereka yang tergabung dalam Southt East Asian Muslim Network itu hadir di Jakarta dan Yogyakarta dalam rangka study visit selama 10 hari.
Untuk ulang tahun kali ini, JIL mengusung tema besar, “Memantapkan Landasan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan.” Karena itu, diskusi yang digelar selama dua hari pun fokus berbicara soal kebebasan beragama dan berkeyakinan. Di hari pertama, 17 Maret 2008, diskusi mengambil tema turunan, “Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan: Perspektif Agama-agama.” Hadir tiga narasumber: KH. Husein Muhammad, Franz Magnis Suseno, dan Martin Lukito Sinaga. Diskusi dipandu Syafiq Hasyim.
Romo Magnis yang mewakili perspektif Katolik, memulai presentasinya dengan pertanyaan apakah benar kebebasan itu bisa bersanding dengan agama? Bukankah kebebasan bertolak belakang dengan agama? Menjawab pertanyaan tersebut, Magnis mengatakan, “Kebebasan justru berhubungan erat dengan agama. Sebab agama yang tidak menghormati kebebasan, berada dalam bahaya tidak menghormati Tuhan yang mau disembah dan ditaati. Paksaan selalu mengkorupsi sikap inti keagamaan.”
Magnis menambahkan, “Kebebasan beragama adalah inti keagamaan itu sendiri. Maka kalau kita memeriksa teks-teks kitab suci agama-agama, kita akan menemukan bahwa kebebasan beragama bukanlah sesuatu yang modern. Kami berdasarkan Perjanjian Baru bisa dengan mudah menunjuk bahwa pendiri agama kami menghormati kebebasan beragama.""Kebebasan beragama”, lanjut Magnis, “bukan kompromi agama-agama dengan modernitas, tetapi adalah sesuatu yang muncul dari keseriusan keberagamaan itu sendiri.”
Selanjutnya Magnis menjelaskan bahwa kebebasan beragama maksudnya bukanlah bebas terhadap Tuhan. “Kebebasan beragama berarti bahwa tidak ada manusia, apalagi negara, termasuk Menteri Agama, yang berhak menuntut ketaatan mutlak dari umat,”tegas Romo berambut putih ini. Menurut Magnis, kalau terhadap Allah, manusia tidak bebas. Allah mutlak harus ditaati, dan apa yang betul-betul disadari dari Allah mesti juga betul-betul di sadari dalam hati. “Jadi terhadap Allah, tidak ada kebebasan,”kata Magnis. Menegaskan kalimat terakhirnya, Magnis menambahkan, “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada terhadap manusia.”“Dan inilah dasar kebebasan beragama,”pungkasnya.
Berbicara mewakili perspektif Protestan, sambil merujuk Martin Luther, Martin L. Sinaga menyatakan bahwa kebebasan beragama harus mulai, bahkan semata-mata bertolak, dari kebebasan batin; dari jiwa yang dalam kegembiraannya tidak lagi hidup dalam kungkungan agama dan hukum agama. Masih merujuk pada sumber yang sama, Martin menambahkan bahwa ada sebentuk inner liberty dalam diri manusia. Dan dalam kebebasan demikian, manusia hanya mau berdiri di bawah satu otoritas, yaitu Sabda Allah.
Landasan teoretis dan idealnya seperti itu. Tapi Martin pada diskusi malam itu tidak ingin terpaku pada aspek yang ideal dari kebebasan saja. Ia ingin bergerak ke aspek yang belum disinggung oleh Romo Magnis, yaitu aspek yang riil. Dalam konteks Eropa abad ke-15/16, konsep kebebasan beragama sebagai sebentuk inner liberty yang berasaskan pada Sabda, tidak memadai lagi atau sudah terbentur oleh kenaifannya sendiri. Maka Calvin di Geneva (Swiss) mengusulkan gagasan tentang sovereignty in it’s own sphere: bahwa gereja Katolik dan Protestan bisa hidup dalam hormat akan independensinya masing-masing di bawah negara yang legitim dan berdaulat. Tawaran Calvin inilah yang selanjutnya menjadi ilham bagi gagasan religious liberty di Eropa.
Martin mengakui bahwa kebebasan beragama dalam konteks Protestan”dan sesungguhnya dalam konteks agama-agama yang lainnya juga”dipahami secara ambigu. Di satu sisi, kebebasan beragama adalah sebentuk inner liberty, karenanya bersifat internal. Tapi di sisi lain, kebebasan beragama juga menuntut dimensi lain, yaitu dimensi ke-risalah-an (misionarisme); kehendak untuk menyiarkan Injil baik di ranah personal maupun publik. Dari sinilah awal mula munculnya gesekan dengan kebebasan beragama dari agama lain yang juga menuntut hal yang sama.
Dalam konteks Indonesia di mana umat Kristen minoritas, hal itu memunculkan suatu kerepotan tersendiri. Diusahakanlah solusi utuk menjawab kerepotan itu. Maka pada tahun 1950 dibentuklah DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia) dan juga Parkindo (Partai Kristen Indonesia). DGI diniatkan untuk menjaga “ke-umat-an”, sedangkan Parkindo ditujukan agar kepentingan konstitusional kebebasan umat Kristiani dapat diperjuangkan di tingkatan politik.
Modus solusi tersebut ternyata tidak sepenuhnya berhasil untuk menghindarkan benturan-benturan terhadap kekristenan dalam konteks Indonesia. Langkah selanjutnya, diikhtiarkanlah sebuah gerak menerobos, yakni pempribumian gereja dan karyanya di bumi Nusantara. Dengan ini diniatkan bahwa Injil tidak lagi menyangkut pengalih-agamaan ke dalam kekristenan, namun pada ikhtiar menjadi saksi pengharapan sosial dan terlibat aktif dalam membangun ruang-ruang kebebasan bersama.
Kang Husein, mewakili perspektif Islam, mengaku setuju dengan apa yang dikatakan Romo Magnis. Secara berkelakar, Kang Husein memberi alasan persetujuannya dengan Romo Magnis, “Saya ini orang NU, dan Katolik itu sama dengan NU: sama-sama masih menghormati para pastor dan kiai.”“Oleh karena itu,”lanjut Kang Husein, “Apa yang dibawa oleh Nabi Muhamad dalam Islam tidak ada yang baru sebenarnya. Nabi Muhamad hanya menggenapi bagian yang kurang saja dari pendahulunya, Yahudi dan Kristen.”“Nabi bersabda: wa ana hadzihi al-labinah (dan saya, Muhamad, adalah penggenap bagian satu batu bata yang kurang itu),”kata Kang Husein.
Selanjutnya Kang Husein lebih banyak mengeksplorasi tentang perbedaan antara al-din dan al-syari’ah. Bagi Kang Husein, pembedaan antara keduanya sangat penting, sebab pencampuradukan antara keduanyalah awal dari timbulnya kekerasan berbasis agama yang menodai kebebasan beragama. Untuk konteks Indonesia, Kang Husein menunjuk contoh tentang tuntutan penerapan Perda-perda Syariâah di beberapa tempat. Menurut Kang Husein, hal itu karena adanya kerancuan dalam memahami al-din dan al-syari’ah.
Kang Husein melihat bahwa antara al-din dan al-syariâah harus ada pembedaan secara clear dan distinctive. Dengan merujuk pada pendapat ahli tafsir klasik terkemuka, Qatadah, Kang Husein mendefinisikan al-din sebagai kepercayaan kepada otoritas Maha Tunggal. Kang Husein juga mengkutipkan definisi al-din menurut al-Syihristani, pengarang kitab al-Milal wa al-Nihal, yaitu “ketaatan dan ketundukan (al-thaâah wa al-inqiyad), pembalasan (al-jazaâ), dan pertanggungjawaban pada hari akhir (al-hisab yaum al-maâad).
Dari dua kutipan itu, Kang Husein menyimpulkan bahwa (keyakinan) agama adalah keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, ketaatan dan ketundukan total kepada-Nya; keyakinan akan adanya balasan dan pertanggungjawaban di hari akhir. Karena itu, menurut Kang Husein, agama (al-din) dalam pengertian seperti ini bersifat sangat personal dan tersembunyi. Hanya orang bersangkutan dan Tuhan-lah yang tahu. Maka terhadap agama dengan pengertian seperti ini, tidak ada kekuasaan apa pun, baik itu institusi atau orang, yang bisa melakukan intervensi atasnya. Untuk memberikan landasan kitab sucinya, Kang Husein mengutip ayat la ikraha fi al-din (tidak ada paksaan sama sekali dalam beragama), dari surah al-Baqarah ayat 256.
Sementara al-syariâah adalah ekspresi keyakinan agama yang merupakan jalan atau cara setiap pemeluk agama dalam mengabdikan diri kepada Otoritas Tunggal dan Absolut tersebut. “Karena itu,”lanjut Kang Husein, “syariat itu berbeda-beda.”Untuk hal ini, Kang Husein mengutipkan pendapat Ibn Jarir al-Thabari, al-din wahid wa al-syariâtu mukhtalifah (agama itu tunggal, syariatlah yang plural). “Al-Qurân sendiri juga mengisyaratkan hal yang sama,”tambah Kang Husein, sambil mengutip ayat: likullin jaâlna minkum syirâtan wa minhaja.
Keberagaman jalan ekspresi ini justru kebajikan Tuhan agar makhluk-Nya leluasa dalam mendekati-Nya. Dan juga agar menjadi ajang kontestasi untuk saling menggapai al-khairat, kebaikan-kebaikan. “Fastabiq al-khairat,”pungkas Kang Husein sambil merujuk kepada kitab suci. Dan perlombaan dalam menggapai kebajikan itulah yang mestinya ditunjukkan oleh tiap-tiap umat beragama.
Mengusung Tafsir yang Ramah terhadap Homoseksualitas
Oleh Hans Abdiel
Sementara itu, studi tentang seksualitas, termasuk homoseksualitas, amat kurang dikembangkan, sebab studi jender pun seringkali masih memakai paradigma heteronormativitas, yakni paradigma yang menjadikan heteroseksual sebagai norma. Perbandingannya adalah demikian, jender dianggap sebagai suatu konstruksi sosial yang ditentukan oleh manusia melalui masyarakat atau budaya, sedangkan seksualitas dianggap sebagai sesuatu yang kodrati, alamiah, serta tidak bisa berubah. Hal itu menyebabkan kurangnya kajian terhadap seksualitas, khususnya tentang homoseksualitas, di dalam keilmuan Islam.
Diskusi bulanan Jaringan Islam Liberal (JIL) kali ini, Senin 26 Juli 2010, mengangkat tema “Tafsir Atas Homo Seksualitas dalam Kitab Suci”. Kitab Suci yang dimaksud adalah Kitab Suci yang berasal dari agama Islam dan Kristen. Diskusi yang berlangsung di Gedung Teater Utan Kayu, Jl. Utan Kayu 68 H, Jakarta tersebut menghadirkan dua narasumber: Dr. Ioanes Rakhmat (IR), mewakili pandangan Kristen; dan Mohamad Guntur Romli (MGR), mewakili pandangan Islam. Diskusi kali ini dimoderatori oleh Abdul Moqsith Ghazali.
Pada diskusi kali ini, ada dua “rekor” baru yang terjadi. Pertama, ini merupakan kali pertama JIL menyelenggarakan diskusi bertemakan homo seksualitas, meskipun pembicaraan di dalamnya menyangkut juga dengan transgender dan biseksual sehingga istilah yang lebih lazim digunakan adalah LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Kedua, baru kali ini juga muncul tanggapan dari para peserta diskusi hingga mencapai 15 orang. Hal itu tentunya membuat diskusi kali ini menjadi lebih seru dan memakan waktu lebih panjang.
Sesuai dengan tema yang diberikan oleh JIL, kedua narasumber hendak melakukan penafsiran ulang atas pandangan-pandangan Kitab Suci terhadap homoseksualitas. Tentu saja diharapkan melalui diskusi ini, ada cara pandang lain yang lebih positif terhadap kaum homo seksual ataupun LGBT, khususnya yang berasal dari penafsiran Kitab Suci.
Pembicara pertama adalah IR yang melakukan dekonstruksi terhadap cara pandang sebagian kaum Kristen yang literalistik terhadap Alkitab sehingga memandang dan bersikap negatif terhadap kaum homoseksual. Beberapa bagian Alkitab yang biasanya menjadi dasar bagi penolakan sebagian umat Kristen terhadap homo seksualitas antara lain: Kejadian 19, Imamat 18:22, Imamat 20:13, Roma 1:26-27, I Korintus 6:9-10, 1 Timotius 1:9-10, dan Yudas 1:7.
IR memberikan penafsiran ulang terhadap ayat-ayat tersebut dengan cara meneliti konteks munculnya ayat-ayat tersebut maupun secara filologis. Sebagai contoh, Kejadian 19 mengenai kisah Lot dan kota Sodom dan Gomora yang dihukum Tuhan. Penafsiran yang umum di kalangan Kristen mengenai penghukuman Tuhan kepada kota tersebut adalah dikarenakan perilaku seksual yang dianggap menyimpang di kota tersebut yakni persetubuhan laki-laki dengan laki-laki, dan ditambah lagi dengan adanya pemaksaan salah satu pihak kepada pihak lain (sodomi). Kisah ini menjadi dasar penolakan sebagian kaum Kristen terhadap perilaku homoseksualitas.
IR dalam uraiannya menjelaskan bagaimana konteks sebenarnya dari teks Kejadian 19 itu. Menurut IR, teks ini tidak memberikan petunjuk jelas mengenai bentuk kedurjanaan kota Sodom. Teks ini hanya menyatakan alasan para lelaki di kota tersebut hendak menyodomi kedua orang asing yakni kedua orang asing itu dipandang mau menjadi hakim atas mereka (19:9). Di dalam konteks zaman kuno di Timur Tengah, penyodomian terjadi sebagai bentuk penghinaan dan perendahan martabat dari pihak yang menang atau lebih berkuasa kepada pihak yang kalah atau lebih lemah. Biasanya hal itu terjadi kepada raja yang kalah perang, atau kepada orang asing yang datang di suatu tempat dan disodomi oleh penduduk asli sebagai tanda dominasi penduduk asli. Dengan demikian, teks Kejadian 19 ini tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk menolak homoseksualitas, melainkan teks yang membela kaum yang tertindas dan diperlakukan semena-mena oleh pihak yang merasa diri lebih superior.
Untuk teks Imamat 18:22 dan Imamat 20:13, penolakan Alkitab terhadap perilaku homoseksualitas juga seringkali dilepaskan dari konteks ayat tersebut. Jikalau melihat konteks, maka jelas bahwa yang ditolak oleh kitab Imamat adalah perilaku umat non-Israel (kaum pagan) yang melakukan penyembahan berhala di kuil-kuil dewa-dewi kesuburan. Beberapa perilaku yang ditolak oleh agama Israel dituliskan di dalam kedua ayat tersebut, seperti pelacuran bakti (ritual kuil dewa-dewi kesuburan dengan cara berhubungan seksual dengan para perempuan atau lelaki yang menjadi pelayan kuil), persetubuhan dengan binatang, melakukan pengurbanan anak kecil, dan sebagainya. Dengan demikian, lagi-lagi Alkitab tidak berbicara soal homoseksualitas per se, melainkan melarang pelbagai praktik penyembahan terhadap dewa-dewi asing.
Setelah IR melakukan penafsiran ulang terhadap beberapa teks Alkitab yang biasanya menjadi dasar penolakan terhadap homoseksualitas dan kaum LGBT, narasumber berikutnya, MGR, berupaya juga melakukan interpretasi ulang pemahaman homoseksualitas dalam Quran.
Hal pertama yang MGR sampaikan adalah terlebih dahulu menyoal perihal agama itu sendiri, yaitu bahwa agama seringkali ditentukan oleh pihak yang berkuasa. Pihak yang berkuasa memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi agama seturut kehendak dan kepentingannya. Hal itu berkaitan pula dengan konsepsi mengenai nalar dalam Islam. MGR mengutip pemikiran Al-Jabiri tentang tiga jenis nalar dalam epistemologi Islam, serta bagaimana nalar fiqh (al-bayani) kemudian menjadi lebih kuat dibanding kedua nalar lain, al-irfani dan al-burhani, karena adanya campur tangan penguasa negara pada era kodifikasi Islam yang dimulai sejak tahun 143 H. Hal ini menyebabkan pandangan Islam mengalami bias terhadap segala sesuatu dan cenderung memihak satu pihak dan satu jenis nalar. Salah satu studi yang mengalami represi adalah studi seksualitas di dalam Islam, yang mana lebih banyak menggunakan nalar fiqh ketimbang dua jenis nalar lain. Inilah hal kedua yang menjadi inti pembicaraan MGR berkaitan tafsir atas homoseksualitas.
Seksualitas selama ini menempati posisi yang periferal atau terpinggirkan di dalam studi Islam. Nasib studi jender bahkan lebih baik ketimbang studi seksualitas. Studi jender kini mengalami kemajuan yang amat pesat sehingga posisi kaum perempuan juga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sementara itu, studi tentang seksualitas, termasuk homoseksualitas, amat kurang dikembangkan, sebab studi jender pun seringkali masih memakai paradigma heteronormativitas, yakni paradigma yang menjadikan heteroseksual sebagai norma. Perbandingannya adalah demikian, jender dianggap sebagai suatu konstruksi sosial yang ditentukan oleh manusia melalui masyarakat atau budaya, sedangkan seksualitas dianggap sebagai sesuatu yang kodrati, alamiah, serta tidak bisa berubah. Hal itu menyebabkan kurangnya kajian terhadap seksualitas, khususnya tentang homoseksualitas, di dalam keilmuan Islam. Hasilnya tentu saja pandangan negatif terhadap kaum homoseksual tidak dapat berubah, sebab hal itu ditunjang dengan kuatnya nalar fiqh yang lebih menginginkan status quo ketimbang perubahan.
Menurut MGR, pengabaian studi seksualitas seperti yang terjadi selama ini perlu dihentikan. Sarjana muslim hendaknya tidak terobsesi untuk sekadar mencarikan hukum, baik moral maupun fiqh, bagi tema seksualitas saja, melainkan meluaskan penelitian dan kajian mereka pada ranah lain yakni konteks Nusantara, sebab di dalam budaya-budaya Nusantara terdapat praktik-praktik yang “sejiwa” dengan fenomena homoseksual. Beberapa contoh yang dapat disebutkan adalah praktik warok di Reog Ponorogo, wandhu dalam tradisi ludruk, tradisi mairil di pesantren tradisional, bissu di Sulawesi Selatan, dan sebagainya.
Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah adanya cara pandang yang lain terhadap Quran, yaitu dengan membedakan ayat-ayat hukum dan ayat-ayat kisah yang tentunya tidak dapat langsung dikaitkan dengan kaidah-kaidah hukum. Misalnya saja, kisah Luth yang memiliki kesamaan dengan kisah Sodom dan Gomora dalam Kejadian 19 dari Alkitab Kristen, yang biasanya menjadi dalil menentang homoseksualitas. Di dalam kisah tersebut sebenarnya disebutkan bahwa penyebab kota Sodom yang dihuni Luth dihukum Allah bukan karena praktik homoseksual yang terjadi di sana tetapi karena penduduk kota itu melakukan berbagai kejahatan seperti melakukan keonaran, menyamun, dan sebagainya. Dengan demikian, kisah Luth tersebut dilihat dari satu sisi saja dan digunakan untuk pembenaran untuk menolak homoseksualitas.
Menurut MGR, tidak semua ayat-ayat kisah dapat menjadi landasan hukum moral ataupun fiqh sebab ayat-ayat itu dapat saja merupakan metafora. Misalnya saja, ayat yang menyebutkan peran ribuan malaikat di dalam Perang Badar sehingga Nabi Muhammad dan pasukannya menang. Ayat ini tidak dapat dibaca secara literal sebab bukankah satu malaikat saja sudah cukup untuk menghancurkan pasukan lawan. Dan bila malaikat itu benar-benar ada, mengapa di dalam Perang Uhud yang terjadi setelah itu, Nabi dikalahkan oleh lawannya. Selain itu, MGR juga menunjukkan hasil penelitian Galal Kisyk yang menemukan bahwa di ajaran Islam tidak ada sanksi fisik terhadap perilaku homoseksual, sedangkan hadis-hadis yang banyak dipakai untuk mengutuk homoseksual dan menjatuhkan sanksi fisik ternyata termasuk kategori hadis-hadis yang lemah.
Setelah pemaparan dari kedua narasumber, diskusi dilanjutkan dengan tanggapan dari para peserta diskusi. Para peserta tampak bersemangat untuk bertanya, menanggapi, maupun memberikan tambahan. Salah satu percakapan yang menarik muncul lewat testimoni yang diberikan oleh salah seorang peserta yang mengaku seorang gay. Ia mengisahkan pengalaman pribadinya berhubungan kasih dengan seorang pria namun mereka tidak berhubungan secara seksual sama sekali dan akhirnya berpisah secara baik-baik karena sadar bahwa hubungan mereka akan mendapat tentangan dari lingkungan mereka. Yang menarik, peserta ini kemudian bertanya bahwa jikalau Allah itu Maha Kasih, sebagaimana yang ia ketahui dari ajaran agama, mengapa kasih yang murni dan tulus yang ia dan pacarnya rasakan tidak dapat dianggap berasal dari Allah yang merupakan sumber segala kasih?
Selain itu, ada pula seorang peserta yang bertanya bagaimana posisi Alkitab dan Quran dalam memandang homoseksualitas, serta apakah kita dapat menggunakan ayat-ayat di dalam Kitab Suci untuk membela kaum homoseksual? Pertanyaan ini dijawab oleh IR dengan menyatakan bahwa Kitab Suci banyak bungkam terhadap pelbagai hal, misalnya saja terhadap internet, ponsel, pesawat terbang, dan sebagainya, termasuk tentang homoseksual. Dan karena Kitab Suci bungkam terhadap hal-hal itu, maka manusia yang harus aktif mencari, misalnya dengan akal budi, melihat sejarah, memperhatikan etika dan norma moral, dan sebagainya. Intinya, manusia masa kini harus mengkonstruksi pandangan yang lebih terbuka.
Kemudian salah satu hal menarik di dalam diskusi tersebut adalah pertanyaan dari salah seorang peserta perempuan yang mempertanyakan perihal apakah homoseksualitas sebagai sesuatu yang sudah given (pembawaan lahir) atau konstruksi sosial? Bila homoseksualitas adalah kodrat, tentu saja pandangan yang negatif terhadap mereka tidak dapat terus dipertahankan. Masalahnya bila homoseksual merupakan konstruksi sosial, berarti itu adalah pilihan dan juga merupakan penyimpangan dari yang “normal” yaitu heteroseksualitas. Pertanyaan itu ditanggapi oleh seorang peserta lain yang merupakan seorang dokter bedah syaraf. Dokter itu menyatakan bahwa laporan terbaru dari penelitian Human Genom Project (Proyek Gen Manusia), menyatakan bahwa potensi homoseksualitas inheren di dalam setiap orang. Struktur gen manusia sebenarnya compatible untuk perempuan. Kromosom Y yang menjadikan seseorang laki-laki, sebenarnya merupakan penyimpangan terhadap susunan kromosom manusia. Hanya saja, di dalam diri setiap manusia kadar penyimpangannya berbeda. Bila penyimpangan itu bersifat total, maka manusia itu menjadi laki-laki sepenuhnya, sedangkan jika penyimpangan itu hanya sedikit atau sebagian saja, maka muncullah manusia-manusia yang lain, termasuk homoseksual. Kemudian, potensi homoseksual yang berbeda-beda dalam diri setiap orang itu dipengaruhi juga dengan faktor lingkungan atau sosial.
Akhirnya diskusi ditutup pada pukul 22.00, meskipun masih banyak audiens yang hendak menyampaikan tanggapan dan menyumbangkan masukan-masukan pemikiran. Kendati diskusi ini berakhir, bukan berarti diskursus tentang homoseksualitas telah berakhir, malah semestinya diskursus itu harus lebih dikembangkan. Diskusi yang diadakan JIL kali ini hanyalah salah satu upaya mengembangkan diskursus tersebut sehingga kaum homoseksual maupun biseksual dan transjender tidak lagi dipandang sebagai anomali ataupun patologi masyarakat.
Sementara itu, studi tentang seksualitas, termasuk homoseksualitas, amat kurang dikembangkan, sebab studi jender pun seringkali masih memakai paradigma heteronormativitas, yakni paradigma yang menjadikan heteroseksual sebagai norma. Perbandingannya adalah demikian, jender dianggap sebagai suatu konstruksi sosial yang ditentukan oleh manusia melalui masyarakat atau budaya, sedangkan seksualitas dianggap sebagai sesuatu yang kodrati, alamiah, serta tidak bisa berubah. Hal itu menyebabkan kurangnya kajian terhadap seksualitas, khususnya tentang homoseksualitas, di dalam keilmuan Islam.
Diskusi bulanan Jaringan Islam Liberal (JIL) kali ini, Senin 26 Juli 2010, mengangkat tema “Tafsir Atas Homo Seksualitas dalam Kitab Suci”. Kitab Suci yang dimaksud adalah Kitab Suci yang berasal dari agama Islam dan Kristen. Diskusi yang berlangsung di Gedung Teater Utan Kayu, Jl. Utan Kayu 68 H, Jakarta tersebut menghadirkan dua narasumber: Dr. Ioanes Rakhmat (IR), mewakili pandangan Kristen; dan Mohamad Guntur Romli (MGR), mewakili pandangan Islam. Diskusi kali ini dimoderatori oleh Abdul Moqsith Ghazali.
Pada diskusi kali ini, ada dua “rekor” baru yang terjadi. Pertama, ini merupakan kali pertama JIL menyelenggarakan diskusi bertemakan homo seksualitas, meskipun pembicaraan di dalamnya menyangkut juga dengan transgender dan biseksual sehingga istilah yang lebih lazim digunakan adalah LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Kedua, baru kali ini juga muncul tanggapan dari para peserta diskusi hingga mencapai 15 orang. Hal itu tentunya membuat diskusi kali ini menjadi lebih seru dan memakan waktu lebih panjang.
Sesuai dengan tema yang diberikan oleh JIL, kedua narasumber hendak melakukan penafsiran ulang atas pandangan-pandangan Kitab Suci terhadap homoseksualitas. Tentu saja diharapkan melalui diskusi ini, ada cara pandang lain yang lebih positif terhadap kaum homo seksual ataupun LGBT, khususnya yang berasal dari penafsiran Kitab Suci.
Pembicara pertama adalah IR yang melakukan dekonstruksi terhadap cara pandang sebagian kaum Kristen yang literalistik terhadap Alkitab sehingga memandang dan bersikap negatif terhadap kaum homoseksual. Beberapa bagian Alkitab yang biasanya menjadi dasar bagi penolakan sebagian umat Kristen terhadap homo seksualitas antara lain: Kejadian 19, Imamat 18:22, Imamat 20:13, Roma 1:26-27, I Korintus 6:9-10, 1 Timotius 1:9-10, dan Yudas 1:7.
IR memberikan penafsiran ulang terhadap ayat-ayat tersebut dengan cara meneliti konteks munculnya ayat-ayat tersebut maupun secara filologis. Sebagai contoh, Kejadian 19 mengenai kisah Lot dan kota Sodom dan Gomora yang dihukum Tuhan. Penafsiran yang umum di kalangan Kristen mengenai penghukuman Tuhan kepada kota tersebut adalah dikarenakan perilaku seksual yang dianggap menyimpang di kota tersebut yakni persetubuhan laki-laki dengan laki-laki, dan ditambah lagi dengan adanya pemaksaan salah satu pihak kepada pihak lain (sodomi). Kisah ini menjadi dasar penolakan sebagian kaum Kristen terhadap perilaku homoseksualitas.
IR dalam uraiannya menjelaskan bagaimana konteks sebenarnya dari teks Kejadian 19 itu. Menurut IR, teks ini tidak memberikan petunjuk jelas mengenai bentuk kedurjanaan kota Sodom. Teks ini hanya menyatakan alasan para lelaki di kota tersebut hendak menyodomi kedua orang asing yakni kedua orang asing itu dipandang mau menjadi hakim atas mereka (19:9). Di dalam konteks zaman kuno di Timur Tengah, penyodomian terjadi sebagai bentuk penghinaan dan perendahan martabat dari pihak yang menang atau lebih berkuasa kepada pihak yang kalah atau lebih lemah. Biasanya hal itu terjadi kepada raja yang kalah perang, atau kepada orang asing yang datang di suatu tempat dan disodomi oleh penduduk asli sebagai tanda dominasi penduduk asli. Dengan demikian, teks Kejadian 19 ini tidak bisa dipakai sebagai dasar untuk menolak homoseksualitas, melainkan teks yang membela kaum yang tertindas dan diperlakukan semena-mena oleh pihak yang merasa diri lebih superior.
Untuk teks Imamat 18:22 dan Imamat 20:13, penolakan Alkitab terhadap perilaku homoseksualitas juga seringkali dilepaskan dari konteks ayat tersebut. Jikalau melihat konteks, maka jelas bahwa yang ditolak oleh kitab Imamat adalah perilaku umat non-Israel (kaum pagan) yang melakukan penyembahan berhala di kuil-kuil dewa-dewi kesuburan. Beberapa perilaku yang ditolak oleh agama Israel dituliskan di dalam kedua ayat tersebut, seperti pelacuran bakti (ritual kuil dewa-dewi kesuburan dengan cara berhubungan seksual dengan para perempuan atau lelaki yang menjadi pelayan kuil), persetubuhan dengan binatang, melakukan pengurbanan anak kecil, dan sebagainya. Dengan demikian, lagi-lagi Alkitab tidak berbicara soal homoseksualitas per se, melainkan melarang pelbagai praktik penyembahan terhadap dewa-dewi asing.
Setelah IR melakukan penafsiran ulang terhadap beberapa teks Alkitab yang biasanya menjadi dasar penolakan terhadap homoseksualitas dan kaum LGBT, narasumber berikutnya, MGR, berupaya juga melakukan interpretasi ulang pemahaman homoseksualitas dalam Quran.
Hal pertama yang MGR sampaikan adalah terlebih dahulu menyoal perihal agama itu sendiri, yaitu bahwa agama seringkali ditentukan oleh pihak yang berkuasa. Pihak yang berkuasa memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi agama seturut kehendak dan kepentingannya. Hal itu berkaitan pula dengan konsepsi mengenai nalar dalam Islam. MGR mengutip pemikiran Al-Jabiri tentang tiga jenis nalar dalam epistemologi Islam, serta bagaimana nalar fiqh (al-bayani) kemudian menjadi lebih kuat dibanding kedua nalar lain, al-irfani dan al-burhani, karena adanya campur tangan penguasa negara pada era kodifikasi Islam yang dimulai sejak tahun 143 H. Hal ini menyebabkan pandangan Islam mengalami bias terhadap segala sesuatu dan cenderung memihak satu pihak dan satu jenis nalar. Salah satu studi yang mengalami represi adalah studi seksualitas di dalam Islam, yang mana lebih banyak menggunakan nalar fiqh ketimbang dua jenis nalar lain. Inilah hal kedua yang menjadi inti pembicaraan MGR berkaitan tafsir atas homoseksualitas.
Seksualitas selama ini menempati posisi yang periferal atau terpinggirkan di dalam studi Islam. Nasib studi jender bahkan lebih baik ketimbang studi seksualitas. Studi jender kini mengalami kemajuan yang amat pesat sehingga posisi kaum perempuan juga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sementara itu, studi tentang seksualitas, termasuk homoseksualitas, amat kurang dikembangkan, sebab studi jender pun seringkali masih memakai paradigma heteronormativitas, yakni paradigma yang menjadikan heteroseksual sebagai norma. Perbandingannya adalah demikian, jender dianggap sebagai suatu konstruksi sosial yang ditentukan oleh manusia melalui masyarakat atau budaya, sedangkan seksualitas dianggap sebagai sesuatu yang kodrati, alamiah, serta tidak bisa berubah. Hal itu menyebabkan kurangnya kajian terhadap seksualitas, khususnya tentang homoseksualitas, di dalam keilmuan Islam. Hasilnya tentu saja pandangan negatif terhadap kaum homoseksual tidak dapat berubah, sebab hal itu ditunjang dengan kuatnya nalar fiqh yang lebih menginginkan status quo ketimbang perubahan.
Menurut MGR, pengabaian studi seksualitas seperti yang terjadi selama ini perlu dihentikan. Sarjana muslim hendaknya tidak terobsesi untuk sekadar mencarikan hukum, baik moral maupun fiqh, bagi tema seksualitas saja, melainkan meluaskan penelitian dan kajian mereka pada ranah lain yakni konteks Nusantara, sebab di dalam budaya-budaya Nusantara terdapat praktik-praktik yang “sejiwa” dengan fenomena homoseksual. Beberapa contoh yang dapat disebutkan adalah praktik warok di Reog Ponorogo, wandhu dalam tradisi ludruk, tradisi mairil di pesantren tradisional, bissu di Sulawesi Selatan, dan sebagainya.
Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan adalah adanya cara pandang yang lain terhadap Quran, yaitu dengan membedakan ayat-ayat hukum dan ayat-ayat kisah yang tentunya tidak dapat langsung dikaitkan dengan kaidah-kaidah hukum. Misalnya saja, kisah Luth yang memiliki kesamaan dengan kisah Sodom dan Gomora dalam Kejadian 19 dari Alkitab Kristen, yang biasanya menjadi dalil menentang homoseksualitas. Di dalam kisah tersebut sebenarnya disebutkan bahwa penyebab kota Sodom yang dihuni Luth dihukum Allah bukan karena praktik homoseksual yang terjadi di sana tetapi karena penduduk kota itu melakukan berbagai kejahatan seperti melakukan keonaran, menyamun, dan sebagainya. Dengan demikian, kisah Luth tersebut dilihat dari satu sisi saja dan digunakan untuk pembenaran untuk menolak homoseksualitas.
Menurut MGR, tidak semua ayat-ayat kisah dapat menjadi landasan hukum moral ataupun fiqh sebab ayat-ayat itu dapat saja merupakan metafora. Misalnya saja, ayat yang menyebutkan peran ribuan malaikat di dalam Perang Badar sehingga Nabi Muhammad dan pasukannya menang. Ayat ini tidak dapat dibaca secara literal sebab bukankah satu malaikat saja sudah cukup untuk menghancurkan pasukan lawan. Dan bila malaikat itu benar-benar ada, mengapa di dalam Perang Uhud yang terjadi setelah itu, Nabi dikalahkan oleh lawannya. Selain itu, MGR juga menunjukkan hasil penelitian Galal Kisyk yang menemukan bahwa di ajaran Islam tidak ada sanksi fisik terhadap perilaku homoseksual, sedangkan hadis-hadis yang banyak dipakai untuk mengutuk homoseksual dan menjatuhkan sanksi fisik ternyata termasuk kategori hadis-hadis yang lemah.
Setelah pemaparan dari kedua narasumber, diskusi dilanjutkan dengan tanggapan dari para peserta diskusi. Para peserta tampak bersemangat untuk bertanya, menanggapi, maupun memberikan tambahan. Salah satu percakapan yang menarik muncul lewat testimoni yang diberikan oleh salah seorang peserta yang mengaku seorang gay. Ia mengisahkan pengalaman pribadinya berhubungan kasih dengan seorang pria namun mereka tidak berhubungan secara seksual sama sekali dan akhirnya berpisah secara baik-baik karena sadar bahwa hubungan mereka akan mendapat tentangan dari lingkungan mereka. Yang menarik, peserta ini kemudian bertanya bahwa jikalau Allah itu Maha Kasih, sebagaimana yang ia ketahui dari ajaran agama, mengapa kasih yang murni dan tulus yang ia dan pacarnya rasakan tidak dapat dianggap berasal dari Allah yang merupakan sumber segala kasih?
Selain itu, ada pula seorang peserta yang bertanya bagaimana posisi Alkitab dan Quran dalam memandang homoseksualitas, serta apakah kita dapat menggunakan ayat-ayat di dalam Kitab Suci untuk membela kaum homoseksual? Pertanyaan ini dijawab oleh IR dengan menyatakan bahwa Kitab Suci banyak bungkam terhadap pelbagai hal, misalnya saja terhadap internet, ponsel, pesawat terbang, dan sebagainya, termasuk tentang homoseksual. Dan karena Kitab Suci bungkam terhadap hal-hal itu, maka manusia yang harus aktif mencari, misalnya dengan akal budi, melihat sejarah, memperhatikan etika dan norma moral, dan sebagainya. Intinya, manusia masa kini harus mengkonstruksi pandangan yang lebih terbuka.
Kemudian salah satu hal menarik di dalam diskusi tersebut adalah pertanyaan dari salah seorang peserta perempuan yang mempertanyakan perihal apakah homoseksualitas sebagai sesuatu yang sudah given (pembawaan lahir) atau konstruksi sosial? Bila homoseksualitas adalah kodrat, tentu saja pandangan yang negatif terhadap mereka tidak dapat terus dipertahankan. Masalahnya bila homoseksual merupakan konstruksi sosial, berarti itu adalah pilihan dan juga merupakan penyimpangan dari yang “normal” yaitu heteroseksualitas. Pertanyaan itu ditanggapi oleh seorang peserta lain yang merupakan seorang dokter bedah syaraf. Dokter itu menyatakan bahwa laporan terbaru dari penelitian Human Genom Project (Proyek Gen Manusia), menyatakan bahwa potensi homoseksualitas inheren di dalam setiap orang. Struktur gen manusia sebenarnya compatible untuk perempuan. Kromosom Y yang menjadikan seseorang laki-laki, sebenarnya merupakan penyimpangan terhadap susunan kromosom manusia. Hanya saja, di dalam diri setiap manusia kadar penyimpangannya berbeda. Bila penyimpangan itu bersifat total, maka manusia itu menjadi laki-laki sepenuhnya, sedangkan jika penyimpangan itu hanya sedikit atau sebagian saja, maka muncullah manusia-manusia yang lain, termasuk homoseksual. Kemudian, potensi homoseksual yang berbeda-beda dalam diri setiap orang itu dipengaruhi juga dengan faktor lingkungan atau sosial.
Akhirnya diskusi ditutup pada pukul 22.00, meskipun masih banyak audiens yang hendak menyampaikan tanggapan dan menyumbangkan masukan-masukan pemikiran. Kendati diskusi ini berakhir, bukan berarti diskursus tentang homoseksualitas telah berakhir, malah semestinya diskursus itu harus lebih dikembangkan. Diskusi yang diadakan JIL kali ini hanyalah salah satu upaya mengembangkan diskursus tersebut sehingga kaum homoseksual maupun biseksual dan transjender tidak lagi dipandang sebagai anomali ataupun patologi masyarakat.
Sekularisme: Sikap Positif Umat Beragama
Oleh Siti Rofiah*
Kesalahpahaman terhadap pesan-pesan al Qur’an ini tidak saja dialami oleh orang-orang non Muslim tetapi juga oleh umat Islam. Bagaimana kita mau berdialog dengan umat agama lain kalau kita sendiri tidak memahami seutuhnya agama kita sendiri?
Reportase Diskusi Kampus JIL di IAIN Wali Songo Semarang, 29 Oktober 2010
Munculnya ide-ide pembaruan pemikiran Islam dengan konsep-konsep baru seperti sekularisme, liberalisme dan pluralisme di Indonesia seringkali menuai kontroversi. Bahkan kata-kata tersebut—jika diucapkan tanpa rangkaian kata lain—sudah memiliki konotasi yang negatif.
Terlebih lagi pasca dikeluarkannya fatwa oleh MUI pada tahun 2005 yang mengharamkan tiga paham tersebut. Ada begitu banyak konsep mengenai sekularisme, liberalisme dan pluralisme di masing-masing pemikiran cendekiawan muslim yang tentunya berbeda-beda.
Latar belakang inilah yang menurut Budhy Munawar Rahman perlu ditelaah. Penelitian dan pemetaan yang dilakukannya selama tiga tahun tersebut kemudian dikodifikasi menjadi sebuah buku dengan judul Reorientasi Pembaruan Islam, Sekularisme Liberalisme dan Pluralisme Paradigma Baru Islam Indonesia.
Buku yang tebalnya kurang lebih 800 halaman tersebut didiskusikan pada 29 Oktober 2010. LPM Justisia Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang sebagai panitia penyelenggara menggaet beberapa lembaga seperti eLSA (Lembaga Studi Sosial dan Agama), JIL (Jaringan Islam Liberal) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Syari’ah Komisariat Walisongo Semarang untuk menyukseskan acara tersebut.
Selain Budhy, hadir dua pembicara lainnya yakni M. Solek, Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo yang juga alumnus Leiden University, dan Abdullah, S.T., M.T. Ketua DPD I HTI Jawa Tengah.
Dalam uraiannya, Budhy menjelaskan latar belakang penulisan buku ini. Reorientasi pembaruan Islam baginya, sangat perlu dilakukan karena perkembangan Islam di dunia saat ini sangat pesat. Momentum tersebut ditandai dengan runtuhnya WTC pada 11 September sembilan tahun yang lalu yang menempatkan Islam sebagai “tertuduh”.
Budhy mengatakan, “fatwa MUI tentang haramnya sekularisme, liberalisme dan pluralisme justru memiliki “hikmah” tersendiri bagi perkembangan pemikiran-pemikiran tersebut”. Ia menegaskan, setelah keluarnya fatwa haram justru banyak definisi atau pembahasan yang baru yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir di Indonesia.
Ada begitu banyak konsep sekularisme, liberalisme dan pluralisme oleh pemikir-pemikir Islam. Untuk sekularisme saja, seperti Amin Rais misalnya, membedakannya ke dalam dua jenis yaitu sekularisme sosiologis dan filosofis. Ia menolak sekularisme akan tetapi menerima liberalisme dan pluralisme. Berbeda dengan Amin Rais, Gus Dur justru mendukung penuh tiga konsep tersebut. “Pemetaan bagaimana “warna” konsep-konsep tersebut adalah yang coba saya lakukan” ungkap Budhy.
Pandangan Budhy tentang gagasan pembaruan mendapatkan kritikan dari pembicara kedua, Abdullah. Ketua DPD Hizbut Tahrir itu mengkritik konsep-konsep pembaruan pemikiran Islam seperti sekularisme, liberalisme dan pluralisme. “Islam Liberal gagal memasarkan idenya karena benturan yang sangat keras dengan berbagai kelompok Islam, bahkan di kelompok NU dan Muhammadiyah sekalipun” tegasnya.
Abdullah juga mengatakan kalau demokrasi sebagai sebuah sistem, banyak melahirkan kesenjangan baik di bidang ekonomi dan pergaulan bebas. “Lalu, apakah demokrasi dan sekularisme benar-benar ide yang tepat untuk Indonesia?” tanya Abdullah di akhir paparan.
Sementara pembicara terakhir, M. Solek, M.Ag dengan sangat argumentatif menguraikan pendapatnya tentang gagasan pembaruan Islam. Dengan merujuk pada dalil-dalil al-Qur’an dan referensi kitab klasik, Solek menekankan pentingnya gagasan pembaruan itu. “Saya justru mendukung penuh upaya pembaruan pemikiran Islam” ulasnya.
Pria kelahiran Cirebon dengan tegas mengatakan, sekularisme, liberalisme dan pluralisme merupakan sikap positif dalam kehidupan bernegara bagi umat beragama dan bukan sikap negatif bagi umat beragama.
“Sekularisme merupakan sikap yang baik untuk tidak terjadinya politisasi agama, liberalisme merupakan sikap yang tepat untuk menghindari otoriterisasi penafsiran agama dan pluralisme merupakan sikap yang bijak untuk menghindari pemvonisan agama” tutur Solek.
Namun demikian ia juga menambahkan, jangan sampai sekularisme melahirkan sikap anti agama, liberalisme melahirkan sikap tidak taat beragama dan pluralisme melahirkan sikap tidak meyakini agama.
Untuk itu dalam rangka mengembangkan sikap positif dan mengurangi bahkan menghilangkan sikap negatif maka yang diperlukan oleh umat Islam adalah membaca ulang al Qur’an. Solek menambahkan kalau pembacaan ulang harus dilakukan dengan interrelated skills yang dibutuhkan sehingga pesan-pesannya tidak dipahami sepotong-potong yang mengakibatkan salah paham. Kesalahpahaman terhadap pesan-pesan al Qur’an ini tidak saja dialami oleh orang-orang non Muslim tetapi juga oleh umat Islam. Bagaimana kita mau berdialog dengan umat agama lain kalau kita sendiri tidak memahami seutuhnya agama kita sendiri?
Solek menutup uraiannya dengan mengutip ungkapan Hassan Hanafi: Islam, however, is the only religion which admits all previous revelations such as Jewish and Christian Revelations. Judaism stops short before Christ, denying Christian and Islamic Revelations. Chistianity also stops short after Christ, denying Islamic Revelation. Even natural religion, not stemming from Abrahamic revelations, are also part of the Universal Religion, since there is no society without revelation. Therefore, only Islam is the carrier of the Universal Revelation. Through Islam, the recognition of the past permits a mutual cooperation in the present and sharing a common future.”
*Pengurus LPM Justicia Semarang
Kesalahpahaman terhadap pesan-pesan al Qur’an ini tidak saja dialami oleh orang-orang non Muslim tetapi juga oleh umat Islam. Bagaimana kita mau berdialog dengan umat agama lain kalau kita sendiri tidak memahami seutuhnya agama kita sendiri?
Reportase Diskusi Kampus JIL di IAIN Wali Songo Semarang, 29 Oktober 2010
Munculnya ide-ide pembaruan pemikiran Islam dengan konsep-konsep baru seperti sekularisme, liberalisme dan pluralisme di Indonesia seringkali menuai kontroversi. Bahkan kata-kata tersebut—jika diucapkan tanpa rangkaian kata lain—sudah memiliki konotasi yang negatif.
Terlebih lagi pasca dikeluarkannya fatwa oleh MUI pada tahun 2005 yang mengharamkan tiga paham tersebut. Ada begitu banyak konsep mengenai sekularisme, liberalisme dan pluralisme di masing-masing pemikiran cendekiawan muslim yang tentunya berbeda-beda.
Latar belakang inilah yang menurut Budhy Munawar Rahman perlu ditelaah. Penelitian dan pemetaan yang dilakukannya selama tiga tahun tersebut kemudian dikodifikasi menjadi sebuah buku dengan judul Reorientasi Pembaruan Islam, Sekularisme Liberalisme dan Pluralisme Paradigma Baru Islam Indonesia.
Buku yang tebalnya kurang lebih 800 halaman tersebut didiskusikan pada 29 Oktober 2010. LPM Justisia Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang sebagai panitia penyelenggara menggaet beberapa lembaga seperti eLSA (Lembaga Studi Sosial dan Agama), JIL (Jaringan Islam Liberal) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Syari’ah Komisariat Walisongo Semarang untuk menyukseskan acara tersebut.
Selain Budhy, hadir dua pembicara lainnya yakni M. Solek, Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo yang juga alumnus Leiden University, dan Abdullah, S.T., M.T. Ketua DPD I HTI Jawa Tengah.
Dalam uraiannya, Budhy menjelaskan latar belakang penulisan buku ini. Reorientasi pembaruan Islam baginya, sangat perlu dilakukan karena perkembangan Islam di dunia saat ini sangat pesat. Momentum tersebut ditandai dengan runtuhnya WTC pada 11 September sembilan tahun yang lalu yang menempatkan Islam sebagai “tertuduh”.
Budhy mengatakan, “fatwa MUI tentang haramnya sekularisme, liberalisme dan pluralisme justru memiliki “hikmah” tersendiri bagi perkembangan pemikiran-pemikiran tersebut”. Ia menegaskan, setelah keluarnya fatwa haram justru banyak definisi atau pembahasan yang baru yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir di Indonesia.
Ada begitu banyak konsep sekularisme, liberalisme dan pluralisme oleh pemikir-pemikir Islam. Untuk sekularisme saja, seperti Amin Rais misalnya, membedakannya ke dalam dua jenis yaitu sekularisme sosiologis dan filosofis. Ia menolak sekularisme akan tetapi menerima liberalisme dan pluralisme. Berbeda dengan Amin Rais, Gus Dur justru mendukung penuh tiga konsep tersebut. “Pemetaan bagaimana “warna” konsep-konsep tersebut adalah yang coba saya lakukan” ungkap Budhy.
Pandangan Budhy tentang gagasan pembaruan mendapatkan kritikan dari pembicara kedua, Abdullah. Ketua DPD Hizbut Tahrir itu mengkritik konsep-konsep pembaruan pemikiran Islam seperti sekularisme, liberalisme dan pluralisme. “Islam Liberal gagal memasarkan idenya karena benturan yang sangat keras dengan berbagai kelompok Islam, bahkan di kelompok NU dan Muhammadiyah sekalipun” tegasnya.
Abdullah juga mengatakan kalau demokrasi sebagai sebuah sistem, banyak melahirkan kesenjangan baik di bidang ekonomi dan pergaulan bebas. “Lalu, apakah demokrasi dan sekularisme benar-benar ide yang tepat untuk Indonesia?” tanya Abdullah di akhir paparan.
Sementara pembicara terakhir, M. Solek, M.Ag dengan sangat argumentatif menguraikan pendapatnya tentang gagasan pembaruan Islam. Dengan merujuk pada dalil-dalil al-Qur’an dan referensi kitab klasik, Solek menekankan pentingnya gagasan pembaruan itu. “Saya justru mendukung penuh upaya pembaruan pemikiran Islam” ulasnya.
Pria kelahiran Cirebon dengan tegas mengatakan, sekularisme, liberalisme dan pluralisme merupakan sikap positif dalam kehidupan bernegara bagi umat beragama dan bukan sikap negatif bagi umat beragama.
“Sekularisme merupakan sikap yang baik untuk tidak terjadinya politisasi agama, liberalisme merupakan sikap yang tepat untuk menghindari otoriterisasi penafsiran agama dan pluralisme merupakan sikap yang bijak untuk menghindari pemvonisan agama” tutur Solek.
Namun demikian ia juga menambahkan, jangan sampai sekularisme melahirkan sikap anti agama, liberalisme melahirkan sikap tidak taat beragama dan pluralisme melahirkan sikap tidak meyakini agama.
Untuk itu dalam rangka mengembangkan sikap positif dan mengurangi bahkan menghilangkan sikap negatif maka yang diperlukan oleh umat Islam adalah membaca ulang al Qur’an. Solek menambahkan kalau pembacaan ulang harus dilakukan dengan interrelated skills yang dibutuhkan sehingga pesan-pesannya tidak dipahami sepotong-potong yang mengakibatkan salah paham. Kesalahpahaman terhadap pesan-pesan al Qur’an ini tidak saja dialami oleh orang-orang non Muslim tetapi juga oleh umat Islam. Bagaimana kita mau berdialog dengan umat agama lain kalau kita sendiri tidak memahami seutuhnya agama kita sendiri?
Solek menutup uraiannya dengan mengutip ungkapan Hassan Hanafi: Islam, however, is the only religion which admits all previous revelations such as Jewish and Christian Revelations. Judaism stops short before Christ, denying Christian and Islamic Revelations. Chistianity also stops short after Christ, denying Islamic Revelation. Even natural religion, not stemming from Abrahamic revelations, are also part of the Universal Religion, since there is no society without revelation. Therefore, only Islam is the carrier of the Universal Revelation. Through Islam, the recognition of the past permits a mutual cooperation in the present and sharing a common future.”
*Pengurus LPM Justicia Semarang
What The Hell
huaaaaaaa gue kembali gabisa tidur gara-gara kenakalan gue hehe ah iya gue mau cerita aja hari ini. jadi setelah menunda beberapa hari akhirnya gue ngambil rapot, karena sebenerny pengambilan raptotnya itu jum'at kemarin sekitar tanggal 7 Januari 2011 kayaknya.
jadi nilai matematika sama ekonomi ue tuh turun karena gue emang jarang banget masuk sekolah, nah PARAHnya wali kelas gue bilang kalo nilai gue turun karena gue itu pacaran
WHAT THE HEEEEEEEELLLL.............
pacaran aja nggak!! ampe gue disumpain putus kalo gue beneran pacaran, ish parah banget. jujur sih ya gue males banget kalo udah ada guru yang comment begitu, soalnya gue gasuka kehidupan pribadi gue diketahuin sama orang-orang, emangnya kehidupan gue hiburan apa? erghh yah intinya gitu MATEMATIK sama AKUNTANSI nilainya TURUN DRASTIS aaaaaaaaaaaa
jadi nilai matematika sama ekonomi ue tuh turun karena gue emang jarang banget masuk sekolah, nah PARAHnya wali kelas gue bilang kalo nilai gue turun karena gue itu pacaran
WHAT THE HEEEEEEEELLLL.............
pacaran aja nggak!! ampe gue disumpain putus kalo gue beneran pacaran, ish parah banget. jujur sih ya gue males banget kalo udah ada guru yang comment begitu, soalnya gue gasuka kehidupan pribadi gue diketahuin sama orang-orang, emangnya kehidupan gue hiburan apa? erghh yah intinya gitu MATEMATIK sama AKUNTANSI nilainya TURUN DRASTIS aaaaaaaaaaaa
Minggu, 09 Januari 2011
Hasil Jelajahan Blog Gue
gue baru aja ngejelajah blog gue, dr posting baru sampe posting yang paling lama. gue mulai agak ngenang sih, dan yang bikin gue kaget, ternyata sebegitu sayangnya dulu gue sama mantan gue yang namanya Nicolash Wahyu Putranto A.K.A Nicho A.K.A Ichoo. gue baru inget gimana rasa sayang itu sekarang. bener0bener sayang sampe gue rela ngelakuin apa aja biat dia. ternyata kalo difikir-fikir banyak pengorbanan yang sebenernya bodoh banget. but, that was me. itu gue. gue yang terlalu sayang banget sama cowok itu sampe kehilangan dia saat dia tidur aja gue gabisa. gue takut saat gue melek nanti dia baklan berubah dan gasayang lagi sama gue
FYI yah sebenenrya sampe sekarang pun gue masih sayang sama dia, terlepas dari semua perlakuan dia ke gue. tapi gue bener-bener gabisa berhubungan sama dia lagi. gue ngerasa takut kalo gue berhubungan lagi sama dia entah via sms atau apapun, perasaan gue buat dia bakalan kayak dulu lagi.
entah kenapa gue bener0-bener berharap dia baca blog gue, dan dia tau apa yang gue rasain buat dia. gue emang juga sayang sama mantan gue namanya Vincensius Gerard Hukom A.K.A Gerry tapi rasa sayang yang gue rasain itu beda banget sama yang gue rasain ke nicho. gue sayang sama Gerry karena dia udah bikin gue sadar kalo masih banyak yang sayang sama gue selain Nicho..
yaaah FYI ya, gue putus sam Gerry waktu itu karena dia lebih milih mantannya drpd gue, setelah itu gue sempet balikan, tapi dia ngeduain gue dan akhirnya gue putus lagi, terus beberapa waltu kemarin gue juga sempet deket sama dia, tapi gue tau mungkin dia juga lagi naksir cewek lain makanya gue mundur lagi.
hh soal sayang nggaknya sama Gerry gue masih sayang banget sama dia, banget, banget. tapi gue sayang sama dia yang dulu bukan yang sekarang. dia yang dulu benr-bener care dan sayang sama gue apa adanya. tapi sekarang dia berubah, kalo ada cewek yang lebih cantik pasti dia lebih milih itu cewek ketimbang gue.
gue sempet bilang kalo gue mau ngelupain Nicho, dan dia mau bantu gue buat itu. dia bilang masih sayang gue dan itu yang bener-bener gue harepin tulus dari hatinya dia. gue masih kepingin balikan sama dia yang dulu, dia yang selalu manjain gue, hh tapi kayaknya gamnungkin ya hehe gue mungkin sekarang udah gaberhargha lagi buat dia.
yah, gue cuma mau bilang makasih ya Nicho, Gerry buat waktu yang udah kalian kasih buat gue. rasa sayang ini bakalan terus ada buat kalian, walaupun kalian gaakan pernah sadar akan hal itu.
FYI yah sebenenrya sampe sekarang pun gue masih sayang sama dia, terlepas dari semua perlakuan dia ke gue. tapi gue bener-bener gabisa berhubungan sama dia lagi. gue ngerasa takut kalo gue berhubungan lagi sama dia entah via sms atau apapun, perasaan gue buat dia bakalan kayak dulu lagi.
entah kenapa gue bener0-bener berharap dia baca blog gue, dan dia tau apa yang gue rasain buat dia. gue emang juga sayang sama mantan gue namanya Vincensius Gerard Hukom A.K.A Gerry tapi rasa sayang yang gue rasain itu beda banget sama yang gue rasain ke nicho. gue sayang sama Gerry karena dia udah bikin gue sadar kalo masih banyak yang sayang sama gue selain Nicho..
yaaah FYI ya, gue putus sam Gerry waktu itu karena dia lebih milih mantannya drpd gue, setelah itu gue sempet balikan, tapi dia ngeduain gue dan akhirnya gue putus lagi, terus beberapa waltu kemarin gue juga sempet deket sama dia, tapi gue tau mungkin dia juga lagi naksir cewek lain makanya gue mundur lagi.
hh soal sayang nggaknya sama Gerry gue masih sayang banget sama dia, banget, banget. tapi gue sayang sama dia yang dulu bukan yang sekarang. dia yang dulu benr-bener care dan sayang sama gue apa adanya. tapi sekarang dia berubah, kalo ada cewek yang lebih cantik pasti dia lebih milih itu cewek ketimbang gue.
gue sempet bilang kalo gue mau ngelupain Nicho, dan dia mau bantu gue buat itu. dia bilang masih sayang gue dan itu yang bener-bener gue harepin tulus dari hatinya dia. gue masih kepingin balikan sama dia yang dulu, dia yang selalu manjain gue, hh tapi kayaknya gamnungkin ya hehe gue mungkin sekarang udah gaberhargha lagi buat dia.
yah, gue cuma mau bilang makasih ya Nicho, Gerry buat waktu yang udah kalian kasih buat gue. rasa sayang ini bakalan terus ada buat kalian, walaupun kalian gaakan pernah sadar akan hal itu.
BM ( Broadcast Messsanger) SAMPAH!!
errgh gara-gara si mentri gapunya otak itu banyak banget bm sampah mendatangi hape gue. yang bilang kalo gadisebarin contact bakalan ilang semualah, inilah, itulah, blablabla niha ya buat BB USER YANG BARU, you're using SMARTPHONE guys!! be SMART jugalah dalam penggunaannya. RIM gamungkin nyebarin berita lewat BM, dia pasti langsung nyebarin ke kita, dan helloooooo emang ada ya BlackBerry Official di Indonesia? tolong deh jangan mau dibegoin sama itu.
terus ada lagi yangf bilang kalo ganyebarin BM ini ortunya bakalan meninggal soalnya ada sumpah2an, woy sejak kapan BB itu jadi Tuhan lo!
nah yang lucu adalagi kalo ganyebar otu BM setan baklan dateng tepat jam 00.00 kerumah lo ahahaha emang bb itu sarang setan ya?
ayo dong guys, be smart!! you're using a smartphone
terus ada lagi yangf bilang kalo ganyebarin BM ini ortunya bakalan meninggal soalnya ada sumpah2an, woy sejak kapan BB itu jadi Tuhan lo!
nah yang lucu adalagi kalo ganyebar otu BM setan baklan dateng tepat jam 00.00 kerumah lo ahahaha emang bb itu sarang setan ya?
ayo dong guys, be smart!! you're using a smartphone
Mentri lulusan apa sih dia?
hadoooh gue lagi agak berfikiran snewen dengan tindakan salah satu mentri yang aneh banget. dia mau memblokir RIM Server Blackberry dengan alasan RIM tersebut tidak mematuhi UU Pornografi di Indonesia. dalam hal ini sih gue agak berfikir gitu, soal penggunaan blackberry itu kan sesuai dengan niat si pemakai. lagian juga kalaupun pada mau download bokep ya masa iya di bb, gapuas cooy, layarnya kecil hahaha aneh banget! setau gue sih mentri tersebut ingin memblokir RIM Server itu karena pornografinya, tapi sebenernya dia itu penganut poligami. hadoooh lebih parah lagi toh?
aneh aja ada orang yang berlindung untuk kedaulatan RI tapi kelakuaannya kayak begitu. haduh dengan berlindung dibalik ayat-ayat al-Qur'an sama hadist dia fikir bs poligami seenaknya apa? mas kalo emang lo bisa adil sih gapapa, nah faktanya lo malah gaadil sama masyarakat Indonesia soal ditutupnya RIM Server. gaada yang adil om jaman sekarang. kalo lo ngomongin Muhammad yang bisa adil juga manusia lo juga sadar. dia emang manusia tapi dia itu NABI. gamikir ape ye.. istrinya si aa gym yang soleha aja kintya cere noh gara2 poligami. kalo poligami disahin kayak yg lo bilang, cewek juga bisa dong poliandri. lo kira yang bisa orgasme cowok doang, cewek juga bisa woy!
nah ini nih, gue khawator banget. SBY gaada tindakannya juga. yah kalaupun ada gue harap doi bisalah bikin kebijaksanaan. banyak kok keuntungan yang didapet pas pake blacberry. dari mudah komunikasi, mudah jarkom, oerbanyak temen, perluas pengetahuan karena internet connectinnya cepet, banyak lah. jangan pandang hanya dari 'selangkangan' aja terus mau nutup server. padahal om mentri juga pake bb kan?
aneh aja ada orang yang berlindung untuk kedaulatan RI tapi kelakuaannya kayak begitu. haduh dengan berlindung dibalik ayat-ayat al-Qur'an sama hadist dia fikir bs poligami seenaknya apa? mas kalo emang lo bisa adil sih gapapa, nah faktanya lo malah gaadil sama masyarakat Indonesia soal ditutupnya RIM Server. gaada yang adil om jaman sekarang. kalo lo ngomongin Muhammad yang bisa adil juga manusia lo juga sadar. dia emang manusia tapi dia itu NABI. gamikir ape ye.. istrinya si aa gym yang soleha aja kintya cere noh gara2 poligami. kalo poligami disahin kayak yg lo bilang, cewek juga bisa dong poliandri. lo kira yang bisa orgasme cowok doang, cewek juga bisa woy!
nah ini nih, gue khawator banget. SBY gaada tindakannya juga. yah kalaupun ada gue harap doi bisalah bikin kebijaksanaan. banyak kok keuntungan yang didapet pas pake blacberry. dari mudah komunikasi, mudah jarkom, oerbanyak temen, perluas pengetahuan karena internet connectinnya cepet, banyak lah. jangan pandang hanya dari 'selangkangan' aja terus mau nutup server. padahal om mentri juga pake bb kan?
Sabtu, 08 Januari 2011
life quotes
"And in the end it's not the years in your life that count. It's the life in your years."
"I'm a slow walker, but I never walk back."
- Abraham Lincoln
"We need to exert ourselves that much more, and break out of the vicious cycle of dependence imposed on us by the financially powerful: those in command of immense market power and those who dare to fashion the world in their own image."
- Nelson Mandela
"I'm a slow walker, but I never walk back."
- Abraham Lincoln
"We need to exert ourselves that much more, and break out of the vicious cycle of dependence imposed on us by the financially powerful: those in command of immense market power and those who dare to fashion the world in their own image."
- Nelson Mandela
Quotes
Imagination is more important than knowledge. For while knowledge defines all we currently know and understand, imagination points to all we might yet discover and create. (Albert Einstein)
If A is success in life, then A equals x plus y plus z. Work is x; y is play; and z is keeping your mouth shut. (Albert Einstein)
If A is success in life, then A equals x plus y plus z. Work is x; y is play; and z is keeping your mouth shut. (Albert Einstein)
Jumat, 07 Januari 2011
Kegilaan Belaka @ 711 Saharjo with XI IPS 3 and Ferdi
heyaaa bertemu lagi dengan saya, fiuh.... gue capek banget gara2 semalem abis jalan sama anak2 ips 3. yah sebenernya sih cuma sama Phalen, Kevin, Aziz pluas adek gue Ferdi (dan untuk dia, dia bukan anak ips3) hahaha sebenernya gue sama anak-anak gaada rencana buat jalan sebenernya, tapi ya yang namanya anak muda hehe awalnya sih cuma karena gue, Kevin, Phalen yang lagi kongkow-kongkow aja didepan meja ruang guru. terus sikevin mencetuskan ide buat abis pulang sekolah pada kerumah gue dulu. ya awalnya sih cuma buat main-main doang, eh gataunya pada setuju. yaudah, akhirnya kevin nge bbm nyokap gue terus di acc deh hahaha
karena hari itu lagi pembagian rapot ( Jumat, 7 Januari 2011 ) jadi ya gue kemungkinan pulangcepet soalnya guru PM vue saat itu jadi wali kelas ( Bu Iin si guru Sosiologi ) dan ternyata jengjeeeeng beneran kelas gue pulang lebih awal dari yang lain (haha gue suka banget jadi bagian kelas XII IPS 1 saat itu) yaudah akhirnya gue ngajak Aziz buat jalan dan akhirnya dia mau. gue sama Aziz pulang duluan kerumah soalnya mau mintauang sama nyokap, (maklum anak-anak pasti pada minta traktir, namanya juga tuan rumah hehe) setelah sampe rumah, dan itu sekitar jam 16.00 deh gue sama Aziz nungguin Phalen sama Kevin yang masih disekolah soalnya mereka ngambil rapot dulu. kalo si Aziz kan udah ada bokapnya jadi gampang, terus gue juga kan ngambil rapotnya baru bisa senin soalnya nyokap gue emang baru bisa hari senin. yah agak lama juga sih mereka sekitar jam 5 lewat baru sampe rumah gue. dan pas nungguin mereka, si Aziz bener-bener curhat, astaga hahaha dasar.
nah pas lagi ngobrol-ngobrol itu ternyata adek gue mau ikut ke 711 (yah,ternyata tujuan mereka kesini adalah tidak lain dan tidak bukan untuk nongkrong ke 711 yang di Saharjo) yaudah akhirnya galama kevin sama phalen dateng tuh. tapi si Aziz mau ketempat lesnya dulu, mau ngambil iPodnya. Jadi berangkatlah gue, Phalen, Kevin, dan, Adek gue si Ferdi ke 711 Saharjo. awalnya sih gue fikir mereka mau naik 62 (bis Jurusan Manggarai-Pasar Minggu) tapi karena macet mereke ternyata mau......JALAN KAKI!! anjjiiirr gue shock banget disitu, dasar manusia kurang ajar si Kevin. emang sih dia punya motto "lebih baik gue capek jalan kaki daripada gue capek diangkot gara-gara macet terus gajalan-jalan lagi) shitty!!
gue sama anak-anak sampe di 711 saharjo sekitar sebelum maghrib terus kita disana juga ketemu Hery, Apip, Helmy, sama Dwiky. yahw alaupun galama terus mereka langsung cabut, galama gue ambil makanan pun ternyata si Aziz dateng. yaudah akhirnya kita disana ya makan-makan, becanda, dengerin lagu, download, dan gaketinggalan FOTO-FOTO. hahaha dengan 10 menit aja bisa ngehasilin 65 foto! ridiculous!! haha nggak juga sih, soalnya emang fotonya pake lapotp :P yah karena udah terlanjur foto2 ya mereka mau diupload, jadilah kami mengupload foto tersebut di facebook dan menghabiskan waktu 1 jam kurang, sedangkan waktu udah sekitar jam 8 lewat.
akhirnyaaaa....selesai upload sama ngetag foto gue sama yang lain pulang deh, itu sekitar jam 9 lewat 20 hahaha dan so Kevin sama Phalen harus kerumah gue dulu soalnya tas mereka ada dirumah gue. jadilah mereka kerumah gue ternyata nyokap gue udah ada dirumah, dan untungnya nyokap gue nanya mereka pulang naik apa, mereka bilang naik bosway, dan entah kenapa nyokap gue punya feeling tu busway udah gaada dan akhirnya ngasih mereka ongkos pulang, eeeeh bener aja besoknya (hari ini) kevin bbm gue smabil bilang kalo semalem dia pulang naik taxi soalnya busway udah gaada hahhaha dasar. i'm happy because i spent my lifetime with you guys. walaupun biasanya kalo kita kumpul selalu bareng Bocul (Ditya Ayanda), Mbee (Dimas Nurfajri), Benjo (Yudha Pramantika) tapi yaaa i really really had quality time with youu last night XI IPS 3 makasih yaaa :)
- Phalen Yukasari
- Muhamad Kevin
tambahan :
- M Ferdinand Roqib
yah jadi begitulah cerita gue kemaren hahaha dan alhasil sekarang badan gue pegel-pegel :P
Kamis, 06 Januari 2011
Antara Keren dan Nggak Keren
hem gue mau cerita soal hari ini deh. sebenernya sih berkaitan dengan apa yang gue lakuin kemaren hahaha kemarin itu hari pertama 'gue' sekolah. kenapa gue menandakutipkan kata itu? actually itu libur sikhususin buat gue dalam artian gue memperpanjang libur gue sendiri haha bukan kemauan gue sih sebenernya, tapi ya gimana ya? gue udah mulai capek banget sama sekolah dan serangkaian kegiatannya itu. bukan karena males, tapi ya karena gue emang udah gabegitu tertarik sebenernya. agak curhat aja sih haha gue juga males sama banyak guru-guru yang udah kayak setan ngasih tugas. berasa cuma doi kali yang ngasih tugas buat anak-anak. nah abis itu gue Pendalaman Materi *buatselanjutnyagueakannyebutnyaPM* HWAAAA....sumpah bener-bener capek
and, here i am. at my bed and writing with some damn imaginations. masih dengan rasa lelah di hati sama jari pastinya ergh hahaha ah FYI kemaren pas gue pulang sekolah entah kenapa sih gue ngerasa lebih capek dengan kapasitas yang melebihi kadarnya
(wkwklebay)itu sekitar jam 4 sore kejadiannya, gue pun langsung tewas dikasur. pertama gue bangun sekitar jam 20.31 (gue sempet liat jam di hape) dan gue berfikir daripada gue gabisa tidur nantinya gara-gara gue baru bangun jam segitu. yah sebenernya sih agak dilema juga soalnya perut gue laper. tapi yausdahlah yaa menahan lapar adalah salah satu keahlian gue jadi ya, it's easy man! hahaha
dan dan dan dengan keputusan yang well, nyakitin perut gue hahaha gue tidur lagi. daaaaaaaaannnn jengjengjengjeng gue pun terbangun karena alarm nyokap gue bunyi and it meansss itu jam 5 SUBUH!!! WAW!! unbelievable!! gimana gimana? keren kan?
well , kata temen gue sih itu gakeren. berikut kutipan sms gue.
Gue : "eh ada kabar baguuuussss"
Dimas : "apaan?"
Gue : "gue tidur dari jam 4 sore ampe jam 5 subuh wkwkwk"
Dimas " kagak bagsu! kebo "
Gue : "yah ko gabagus :( keren tau! emang gabagus kenapa?"
Dimas : "kebo keren apanya? kagak ada"
Gue :"yaaaah kan keren tuh 13 jam :D masa gakeren"
Dimas : "kaya orang dibius lo"
hahaha ya intinya begitulah. ada yang bilang gue gakeren diantara banyak fans gue yang menganggap gue keren (hahahalebaaay)
okr cukup sekian tulisan saya, sampai bertemu lagi :)
and, here i am. at my bed and writing with some damn imaginations. masih dengan rasa lelah di hati sama jari pastinya ergh hahaha ah FYI kemaren pas gue pulang sekolah entah kenapa sih gue ngerasa lebih capek dengan kapasitas yang melebihi kadarnya
(wkwklebay)itu sekitar jam 4 sore kejadiannya, gue pun langsung tewas dikasur. pertama gue bangun sekitar jam 20.31 (gue sempet liat jam di hape) dan gue berfikir daripada gue gabisa tidur nantinya gara-gara gue baru bangun jam segitu. yah sebenernya sih agak dilema juga soalnya perut gue laper. tapi yausdahlah yaa menahan lapar adalah salah satu keahlian gue jadi ya, it's easy man! hahaha
dan dan dan dengan keputusan yang well, nyakitin perut gue hahaha gue tidur lagi. daaaaaaaaannnn jengjengjengjeng gue pun terbangun karena alarm nyokap gue bunyi and it meansss itu jam 5 SUBUH!!! WAW!! unbelievable!! gimana gimana? keren kan?
well , kata temen gue sih itu gakeren. berikut kutipan sms gue.
Gue : "eh ada kabar baguuuussss"
Dimas : "apaan?"
Gue : "gue tidur dari jam 4 sore ampe jam 5 subuh wkwkwk"
Dimas " kagak bagsu! kebo "
Gue : "yah ko gabagus :( keren tau! emang gabagus kenapa?"
Dimas : "kebo keren apanya? kagak ada"
Gue :"yaaaah kan keren tuh 13 jam :D masa gakeren"
Dimas : "kaya orang dibius lo"
hahaha ya intinya begitulah. ada yang bilang gue gakeren diantara banyak fans gue yang menganggap gue keren (hahahalebaaay)
okr cukup sekian tulisan saya, sampai bertemu lagi :)
Langganan:
Postingan (Atom)